Keistimewaan Hajar Aswad


Tanya: Saya mau bertanya beberapa keistimewaan atau penti ngnya hajar aswad itu. Mengapa orang ramai-ramai berebut untuk menciumnya yang terkadang tanpa memperdulikan keselamatan diri dan orang lain atau bahkan dengan menyakiti orang lain.
Jawab:
Waalaikumsalam wr wb.
Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan, hajar aswad adalah batu yang diturunkan Allah SWT dari surga yang pada awalnya warna batu itu lebih putih daripada susu, Namun. Dosa-dosa yang dilakukan oleh umat manusia mengubah nya menjadi hitam.
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata. “Rasulullulah SAW bersabda; ‘Hajar Aswad turun dari jannah dalam kondisi berwarna lebih putih dari air susu.Kemudian, dosa-dosa anak Adamlah yang mengubahnya menjadi hitam kemerah-merahan”. Berada disudut selatan Ka’bah.Tingginya kira-kira 1.10 meter dari permukaaan tanah dan menempel di dinding Ka’bah.
Pada awalnya, hajar aswad berupa batu dengan diameter sekitar 30 sentimeter ,karena berbagai peristiwa yang menimpanya. Kini hajar aswad yang tersisa adalah delapan butir batu kecil sebesar kurma yang dikelilingi oleh bingkai perak, tidak semua yang terdapat di bingkai perak adalah hajar aswad.
Butiran-butiran hajar aswad tersebut tepat berada di tengah bingkai. Butiran inilah yang disentuh dan dicium oleh jamaah haji, hajar aswad selalu dimuliakan sejak masa jahiliah hingga islam datang.
Rasulullah Muhammad SAW menegaskan bahwa ia akan menjadi saksi di hari kiamat bagi mereka yang memnyentuhnya. Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh Allah akan membangkitkan batu ini pada hari kiamat dengan mempunyai dua mata untuk melihat dan lidah untuk berbicara yang akan menjadi saksi bagi siapa yang menyentuhnya dengan benar. “[HR Ahmad Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah Dan Hakim].
Dalam pelaksanaan ibadah Haji Dan Umrah, hal pertama yang harus dilakukan oleh orang yang ingin melakukan thawaf adalah mencium atau menyentuh atau member isyarat dari jauh kepada hajar aswad.
Jabir Bin Abdullah RA meriwayatkan, Rasulullah SAW ketika sampai di Makkah, Beliau mendatangi hajar aswad dan menyentuhnya dengan tangan beliau, kemudian beliau berjalan ke sebelah kanannya.Beliau berlari-lari kecil sebanyak tiga kali putaran dan berjalan biasa sebanyak empat kali putaran. “[HR Muslim]
Dan, Nabi Muhammad SAW juga mencium batu itu pada waktu melaksanakan ibadah haji yang kemudian diikuti umatnya. Umar RAmeriwayatkan bahwa ia mendatangi hajar aswad dan menciumnya, kemudian berkata.”Saya mengetahui kamu hanyalah sekedar batu yang tidak membahayakan dan tidak memberi manfaat. Dan kalau aku tidak melihat Nabi Muhammad SAW menciummu, maka aku tidak akan menciumu “ [HR Bukhsri Muslim].
Kalau orang tidak mampu menciumnya, ia boleh menyentuhnya dengan tangannya atau dengan suatu benda,lalu mencium tangan atau benda tersebut.
Mencium hajar aswad adalah perkara sunnah, sedangkan menyakiti orang lain adalah haram, maka janganlah mengerjakan yang haram demi mendapatkan yang sunah, karenanya, bagi jamaah haji tidak boleh memaksakan untuk mencium atau menyentuh hajar aswad jika kondisinya tidak memungkinkan. Apalagi, jika sampai menyakiti dan membahayakan orang lain. Itu adalah perbuatan haram yang akan merusak kesempurnaan ibadah haji.
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber : Republika – Ustadz Erick Yusuf, Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)

Persiapan Armina Pembimbing Diminta Ingatkan Jamaahnya

Kepala Daerah Kerja Makkah, Arsyad Hidayat, juga mengingatkan kepada seluruh pembimbing ibadah haji yang ada di setiap kloter untuk persiapan Armina (Arafah-Mina).

Mereka diminta memastikan agar seluruh jamaah yang akan menjalankan wukuf di Arafah memakai pakaian ihram, berniat ihram, shalat sunah dua rakaat dan tak melakukan hal-hal yang di
larang dan membatalkan ibadah haji.

“Sesuai syariat, jamaah laki-kali yang ihram dilarang memakai pakaian biasa, seperti baju, celana, sarung, dan sebagainya. Jamaah juga dilarang memakai sepatu menutup mata kaki. Jamaah juga dilarang menutup kepala yang melekat, seperti topi. Namun boleh memakai payung,” katanya.

Sementara itu, jamaah haji perempuan selama ihram dilarang berkaos tangan dan menutup muka (memakai cadar). Namun, apabila karena takut auratnya terlihat lelaki lain, diperbolehkan.

Jamaah laki-laki dan perempuan, papar dia, mencukur, selama ihram dilarang memakai wangi-wangian, memotong kuku, mencukur rambut dan bulu, memburu dan membunuh binatang, melakukan ahad nikah atau lamaran, bercumbu, bersetubuh, bertengkar atau mencaci maki dengan sesama.

‘’Pemerintah tak memfasilitasi pelaksanaan ibadah tarwiyah,’’ imbuh Kepala Seksi Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH, Hj Wahyu Dewarini. Pihaknya meminta agar jamaah tak membawa perhiasan, barang berharga, dan uang yang berlebihan ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Ia menyarankan agar uang, perhiasan, dan barang berharga dititipkan di Maktab. Namun, kata Rini, jamaah harus meminta tanda terima penitipan barang. ‘’Selama wukuf di Arafah perbanyak ibadah, membaca talbiyah, Alquran, berzikir, membaca shalawat, dan kalimat-kalimat yang baik.’’ Jamaah dilarang memaksakan diri ke Jabal Rahmah. Ia juga meminta jamaah tak berjalan-jalan saat wukuf.
Sumber: Sinhat-Kemenag (MCH)

Raudhah dan Makam Rasulullah

Tanya:

Apakah benar makam Rasulallah SAW sekarang itu dulunya adalah kamarnya Aisyah? Dan apakah Raudhah juga termasuk kamar Aisyah? yussepsukandar@gmail.com


Jawab:

Kamar Rasululllah adalah tempat yang di huni Nabi SAW bersama ummul mukminin, Aisyah binti Abu Bakar Shiddiw ra. Kamar ini di bangun bersamaan dengan pembangunan Masjid Nabawi. Luasnya tidak lebih dari 3,5 m x 5 m. Pintunya terbuat dari kayu jinten saru (Juniperus communis) atau jati yang menjadi jalan menuju Raudhah di Dalam Masjid. Rasulullah SAW wafat dan dimakamkan di arah kiblat dikamar ini. Setelah itu, bagian utara kamar ini menjadi tempat tinggal Aisyah RA.
Ketika Abu Bakar wafat, beliau dimakamkan di samping Rasulallah dengan jarak satu hasta. Posisi kepalanya sejajar dengan pundak Rasulallah dan ketika Ummar bin Khathab ra wafat,beliau dimakamkan di dekat makam Abu Bakar dengan jarajk satu hasta. Posisi kepalanya sejajar dengan pundak Abu Bakar. Saat itu, bagian utara masih menjadi tempat tinggal Aisyah RA hingga akhir hayatnya. Ketika Aisyah wafat, dia dimakamkan di Baqi’ dan setelah itu tidak ada lagi yang mendiami kamar Rasulallah.
Sedangkan , Raudhah adalah sebuah tempat yang berada di antara rumah Nabi SAW . Kamar Aisyah ra, dan mimbar Masjid. Alasan tempat ini di namakan Raudhah ada dalam Hadits dari Abdullah bin Zaid al-Anshari yang meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulallah bersabda, ”Tempat di antara mimbar dan rumahku adalah salah satu Raudhah (taman) di surga.” (HR muslim.)
Luas Raudhah kira-kira 230 meter persegi, panjangnya 22 m dan lebar 15 m. Shalat sunah di Raudhah lebih utama di bandingkan shalat yang dilaksanakan di tempat lain, kecuali shalat fardhu. Shalat fardhu lebih utama di laksanakan di barisan pertama walaupun tidak berada dalam Raudhah. Para pengunjung Masjid Nabawi berusaha untuk dapat melaksanakan shalat sunah di Raudhah.
Ibnu al-Qasim berkata “ Tempat shalat yang paling disukai di Masjid Nabawi adalah di Raudhah dan tempat yan paling di sukai sebagai tempat shalat fardhu adalah shaf pertama.” Jadi, benar Makam Rasulallah SAW di kamar Aisyah ra, tetapi kamar Aisyah tidak termasuk area Raudhah.
Sumber: Republika – Ust Erick Yusuf