Untuk jamaah Kloter 4 Solo,
misalnya, berat rata-rata koper jamaah hanya 28,1 kilogram. Jumlah total
koper milik 373 jamaah yang diterbangkan oleh Garuda Indonesia, dengan
nomor penerbangan GA 6901 tersebut hanya 10,484 ton. Demikian data yang
tercatat di Madinatul Hujjaj (Asrama Haji Indonesia) di Jeddah. Alhasil,
ada selisih sekitar setengah ton yang tidak digunakan.
Kendati masih ada ruang sekitar setengah ton, namun itu bukan berarti
jamaah haji masih dapat menambah koper, atau mengompensasinya dengan
menambah tentengan barang bawaan. “Tidak bisa, karena berat 32 kilogram
koper setiap jamaah itu merupakan berat maksimum. Bergantung mereka
menggunakan atau tidak,” kata Yudi Dewanto, koordinator Hujjaj Handling
saat ditemui di Madinatul Hujja, Kamis (1/11).
Berat di bawah
kuota maksimum itu juga dialami kloter-kloter lainnya. Seperti Kloter 2
Jakarta (29,9 kg ), Kloter 2 Medan (29,27 kg), Kloter 2 Ujungpandang
(31,26 kg), dan Kloter 2 Banda Aceh (29,43 kg).
Yudi menduga,
kurangnya berat koper jamaah tersebut karena pihak Kementerian Agama
mengambil koper tersebut jauh-jauh hari. Untuk beberapa kloter, diambil
H-10 keberangkatan, atau pada 21 Oktober. Padahal, pada tanggal
tersebut, jamaah haji belum lagi menggunakan kain ihram untuk wukuf,
sehingga kain ihram tak sempat masuk koper. Sementara, bila kain ihram
masuk ke dalam tas troli, hanya dengan dua atau tiga stel, tas troli
sudah akan sesak.
“Seharusnya sih koper itu diambil pihak
Kemenag setelah proses haji selesai, sehingga isi kopernya bisa
maksimal. Tapi, soal itu (mengambil tas koper jamaah-red) kebijakan
Depag lah,” kata Yudi.
Kendati Kementerian Agama mengambil
koper jamaah jauh-jauh hari, nyatanya koper-koper tersebut baru diantar
ke Madinatul Hujjaj Jeddah pada H-1 keberangkatan. Di Madinatul Hujjaj,
koper-koper tersebut ditimbang lagi, diperiksa dengan x-ray, kemudian
dikirim ke bandara menggunakan truk kontainer. “Kita kirim ke bandara 12
jam sebelum pesawat berangkat,” katanya.
Sumber: Sinhat -Haji Kemenag (Rep)
Kendati masih ada ruang sekitar setengah ton, namun itu bukan berarti jamaah haji masih dapat menambah koper, atau mengompensasinya dengan menambah tentengan barang bawaan. “Tidak bisa, karena berat 32 kilogram koper setiap jamaah itu merupakan berat maksimum. Bergantung mereka menggunakan atau tidak,” kata Yudi Dewanto, koordinator Hujjaj Handling saat ditemui di Madinatul Hujja, Kamis (1/11).
Berat di bawah kuota maksimum itu juga dialami kloter-kloter lainnya. Seperti Kloter 2 Jakarta (29,9 kg ), Kloter 2 Medan (29,27 kg), Kloter 2 Ujungpandang (31,26 kg), dan Kloter 2 Banda Aceh (29,43 kg).
Yudi menduga, kurangnya berat koper jamaah tersebut karena pihak Kementerian Agama mengambil koper tersebut jauh-jauh hari. Untuk beberapa kloter, diambil H-10 keberangkatan, atau pada 21 Oktober. Padahal, pada tanggal tersebut, jamaah haji belum lagi menggunakan kain ihram untuk wukuf, sehingga kain ihram tak sempat masuk koper. Sementara, bila kain ihram masuk ke dalam tas troli, hanya dengan dua atau tiga stel, tas troli sudah akan sesak.
“Seharusnya sih koper itu diambil pihak Kemenag setelah proses haji selesai, sehingga isi kopernya bisa maksimal. Tapi, soal itu (mengambil tas koper jamaah-red) kebijakan Depag lah,” kata Yudi.
Kendati Kementerian Agama mengambil koper jamaah jauh-jauh hari, nyatanya koper-koper tersebut baru diantar ke Madinatul Hujjaj Jeddah pada H-1 keberangkatan. Di Madinatul Hujjaj, koper-koper tersebut ditimbang lagi, diperiksa dengan x-ray, kemudian dikirim ke bandara menggunakan truk kontainer. “Kita kirim ke bandara 12 jam sebelum pesawat berangkat,” katanya.
Sumber: Sinhat -Haji Kemenag (Rep)

No comments:
Post a Comment