Jamarat Minim Rambu Pemicu Jamaah Tersesat

Lantaran situasi yang padat dan rambu yang kurang jelas, jamaah calon haji yang berada di kawasan lempar jumrah di Jamarat, Mina, kerap kebingungan dan tersesat.

Menurut petugas yang berjaga, banyak jamaah yang kebingungan untuk kembali ke maktabnya. ‘’Mereka sering kali kembali ke tempat awal saat melempar jumrah,’’ ujar Titik Orbawati, petugas dari Pa
nitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas menjaga di Pos Jamarat 1, Sabtu (27/10).

Titik mengungkapkan, tak jarang ada jamaah lanjut usia yang sudah susah berjalan tersasar pula. ‘’Terkadang mereka sudah mendapatkan penjelasan yang detail dari petugas, tapi tetap saja mereka balik ke tempat awal sehingga sering kali mereka sudah kelelahan untuk berjalan kembali,’’ lanjut Titik yang menjaga di lantai dasar tempat melempar jumrah tersebut.

Senada dengan Titik, Nanny Yunus yang juga berjaga di tempat yang sama mengaku kerap menemukan jamaah yang kebingungan karena rambu-rambu penunjuk jalan tidak jelas. ‘’Saya sudah memberikan petunjuk yang jelas untuk keluar namun mereka sering bingung melihat rambu bertuliskan ‘Mina’ ternyata menuju arah maktab yang berbeda dengan tujuannya,’’ kata dia.

Titik dan Nanny juga menyayangkan sikap askar Arab Saudi yang berjaga di sekitar Jamarat yang kerap mengusir dan tak mengizinkan jamaah untuk beristirahat sejenak setelah melempar jumrah. ‘’Mereka langsung mengusir jamaah yang sedang duduk sebentar untuk sekadar istirahat saja. Ini mengenaskan karena sebagian besar jamaah kita adalah para lanjut usia,’’ ujar Nanny.

Bahkan, kata Titik, tak hanya para jamaah, petugas dari PPIH yang berjaga di sekitar Jamarat pun kerap diusir askar tersebut. ‘’Padahal, kami sudah menjelaskan bahwa kita ini sebenarnya sama-sama bertugas,’’ ujarnya.

Kelelahan juga menjadi faktor pemicu yang membuat jamaah sulit menemukan jalan pulang. ‘’Ada yang sejak pagi hari sudah berputar-putar mencari maktabnya sehingga ketika kami temukan sudah dalam kondisi sangat kelelahan,’’ papar Titik. Situasi Mina yang tak memungkinkan untuk mengangkut jamaah dengan kendaraan pun kian menyulitkan. ‘’Banyak jamaah yang minta dicarikan kendaraan untuk pulang. Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena di sini kami semua juga berjalan kaki sedangkan jarak menuju maktab jamaah cukup jauh,’’ kata Nanny menimpali.

Jarak maktab jamaah Indonesia terbilang cukup jauh dari lokasi melempar jumrah. Jarak terdekat untuk jamaah reguler Indonesia sekitar tiga kilometer dari Jamarat. Sedangkan untuk jarak terjauh yang mendekati atau berada di sekitar Muzdalifah bisa mencapai lima kilometer.

Keduanya sendiri berharap untuk penyelenggaraan haji mendatang, ada kerja sama yang lebih solid antara petugas Arab Saudi dan Indonesia. ‘’Dengan begitu, kami tidak akan diusir-usir lagi,’’ kata Nanny.
Sumber: Sinhat-Haji Kemenag-(MCH/Endah Hapsari)

Dirjen PHU Anggito: Pelayanan Haji 2012 Cenderung Membaik

Sebagian besar pelaksanaan Haji, telah terlewati dengan wukuf di Padang Arafah dan melempar jumroh di Mina. Dari hasil Evaluasi Pelayanan haji tahun 2012 ini, berjalan baik dan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

"Alhamdulilah secara umum lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini dipantau dari pengalaman dan praktek di lapangan," un
gkap Dirjen Penyelenggara Ibadah Haji dan Umroh Kementrian Agama Anggito Abimanyu, Senin (29/10) di Mekkah.

Anggito mengatakan indikator lebih baik terkait masalah transparansi, transportasi dan perlindungan jamaah. Soal Transparansi, secara perlahan dapat diterapkan untuk masalah kuota dan unsur pengawasan. "Untuk masalah transportasi, jalur pergerakan jamaah dari tanah air, embarkasi, hingga penerbangan dan transportasi Jedah, Makkah dan Armina umumnya lancar dengan terpenuhi waktu yang ditentukan," jelasnya.

Untuk yang ketiga, Abimanyu menambahkan dari sisi perlindungan terhadap jamaah, tahun ini travel yang tidak mempunyai izin tidak boleh memberangkatkan jamaah.

"Dengan cara ini, menyebabkan jamaah banyak yang tidak berangkat namun haji nonkuota tidak banyak," tambahnya.

sementara itu, untuk masalah tenda dan WC di Mina yang dikeluhkan banyak dari jamaah, Anggito berjanji akan memperbaikinya. "Ini agak sulit, sebab fasilitas tenda, dan WC menjadi wewenang pemerintah Arab Saudi akibat lahan lokasi yang tidak berubah," tutupnya.
Sumber: Sinhat-HAji Kemenag -(MCH/Akmal)

Jamaah Wafat di Tanah Suci Menjadi 230 Orang

Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci terus bertambah. Hingga hari ke-42 pelaksanaan haji, jamaah haji yang dipanggil Sang Khaliq mencapai 230 orang.

Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), Kamis (1/11), sekira 70 persen jamaah haji wafat di Makkah. Lainnya wafat di Mina, Madinah, Arafah, dan Jeddah.

Jamaah haji
 yang wafat di Makkah sebanyak 177 orang, Mina (24 Orang) Madinah (19), Arafah (6 orang), Jeddah (2 orang) dan perjalanan (2 orang). Sementara tidak ada jamaah haji yang wafat di Muzdalifah atau ketika bermalam dan mengambil krikil untuk lontar jumrah.

Sebagian besar jamaah wafat karena mengalami gangguan jantung. Jamaah wafat karena sebab yang juga disebut dengan sistem siskulasi ini sebanyak 145 orang, gangguan pernapasan (65 orang), infeksi dan parasit (6 orang), endoktrin nutrisi (5 orang), sistem pencernaan (4 orang), darah dan organ pembulu darah (2 orang) dan keracunan (1 orang).

Kendati jamaag haji wanita tahun ini lebih besar, namun jamaah haji pria lebih banyak yang wafat yakni 128 orang. Sedangkan jamaah wanita 102 orang. Jamaah haji wafat didominasi usia lanjut atau di atas 60 tahun yaitu sebanyak 147 orang.

Berikut rekapitulasi jemaah haji wafat berdasarkan embarkasi, Aceh 6 orang, Medan 15 orang, Batam 7 orang, Jakarta 18 orang, Bekasi 38 orang, Solo 41 orang, Surabaya 40 orang, Ujung Pandang 17 orang, Balik Papan 5 orang, Banjarmasin 3 orang, Padang 10 orang dan Palembang 11 orang.
Sumber: Sinhat-HAji Kemenag-(MCH)

Semoga Allah SWT telah menerima niat hajin dan umrohya, mengampuni dosa dan kesalahannya serta memberinya balasan jannah, aamiin.
Kepada keluarga yang ditinggalkan mendapat karunia ketabahan dan kesabaran aamiin

Kloter Pertama Jawa Timur Tiba dengan Selamat

Alhamdulillah, tepat pukul 13.25, pesawat dari maskapai Saudi Arabia Airlines (SAA) mendarat mulus di Bandara Internasional Juanda, Kamis (1/11).

Pesawat yang membawa 445 jamaah haji kloter 1 dari Kabupaten Bojonegor tiba dengan selamat di Tanah Air.

"Pesawat sudah mendarat dengan selamat tepat pukul 13.30," jelas PTS pejabat tinggi sementara GM BIJ Tulus Pujiono.

Pesawat ini kata Tulus terbang langsung dari Jeddah, ke BIJ Surabaya. Selanjutnya para jamaah haji ini langsung masuk ke bus dan rombongan diangkut menuju Asrama Haji Sukolilo.

Jamaah haji lainnya secara bergelombang akan berurutan tiba kloter kedua juga dari Bojonegoro pada pukul 15.25. Kloter tiga dari Bojonegoro dan Nganjuk tiba di pukul 17.20.

Dan kloter empat dari Nganjuk sebagian dari Surabaya dijadwalkan tiba pada pukul 19.25.

Rasa syukur dan ucapan hamdalah berkali kali diucapkan jamaah haji kloter 1 yang menginjakkan kaki di tanah air.

Begitu turun dari pesawat jamaah haji ini ada yang melakukan sujud syukur. Panas lantai apron Bandara Internasional Juanda (BIJ) tidak lagi dirasakan.

"Alhamdulillah, perjalanan lancar semuanya selamat," kata Laseni,60 jamaah haji asal Desa Kedungrejo, Baureno Bojonegoro, Kamis (1/11/2012).

Laseni berangkat menunaikan ibadah haji bersama suaminya Karsono 70.

"Saya dengan suami dan dua saudara saya," katanya.

Bersama jamaah haji lainnya, pasutri ini mengaku dapat menunaikan rukun Islam kelima setelah menunggu lima tahun.
Sumber: Sinhat-HAji Kemenag (Tribun)

Payung Hidrolik Masjid Nabawi dan Khatam Alquran

 Alhamdulillah, saya dan suami diberi kesempatan oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji pada 2009. Pengalaman saat haji yang saya alami dan masih teringat hingga sampai saat ini yaitu ketika kami masih berada di Madinah.
                Suatu malam di pelataran Masjid Nabawi, usai shalat maghrib saya duduk bersebelahan dengan seorang wanita,kira-kira seusia ibu saya, 50 tahun lebih. Kami berkenalan dan berbincang. Beliau bercerita, setelah shalat isya beliau harus bersiap-siap meniggalkan kota Madinah menuju Makkah Al-Mukharromah. Tetapi, beliau merasa puas atas waktu-waktu yang yang dilaluinya selama tinggal di Madinah. “Alhamdulillah Dhe, malam ini saya sudah khatam tadarus Alquran 30 Juz selama di Maadinah.”
                Subhanallah, saya kagum   kagum atas cerita Ibu dari Madura ini. Beliau melanjutkan , Ba’da Isya saya harus berkemas menuju Makkah, Semoga disana bisa khatam Alquran lebih banyak .” Saya mendengarkan cerita Ibu Madura ini dnegan terpaku, membandingkan dengan apa yang sudah saya lakukan selama di Madinah tujuh hari ini, tilawah lima juz pun belum saya lalui.
                Saya dan suami yang merasa diberi kesempatan berhaji pada usia muda justru terkadang menghabiskan waktu tentang hal-hal yang tidak penting. Menunggu payung –payung hidrolik terbuka dan tertutup  adalah momen yang kami tunggu, sambil sesekali memotret dan merekamnya di kamera kami.”Buat cerita ke anak-anak dirumah.”kilah suami saya.
                Dan, saya semakin tersadar dengan kwtika pembingbing kami, Ustad Uud Chudori Lc, memberikan ceramahnya di maktab kami, “Gunakan waktu selama ibadah haji ini seefektif mungkin . Jangan mencari pengalaman –pengalaman bersifat fisik saja, tapi carilah pengalaman-pengalaman ruhiah (spiritual) yang membuat kita merasa nikmatnya beribadah kepada Allah di Tanah Suci ini.”tuturnya.
                Menyaksikan gerakan payung-payung hidrolik , mengamati orang berlalu lalang, mengagumi pintu masjid yang indah dan kokoh, memegang halusnya kain kiswah penutup Ka’bah, apalagi berburu warung makan dan oleh-oleh, bagi saya adalah pengalaman fisik. Sedangkan, menangis merenungi dosa dan kekurangan diri , merasakan getar kerinduan bertemu Rasulullah SAW , mensyurkuri nikmat Allah yang mengizinkan hadir di rumah-Nya adalah bagian dari pengalaman ruhiah.
                Begitu pula dengan melantunkan doa-doa panjang untuk diri sendiri , keluarga, kerabat, dan kemuliaan umat, melaksanakan shalat wajib serta sunah dengan kekhusyukan  yang mas=ksimal. Dan, tentunya juga seperti yang dilakukan ibu dari Madura tadi, yang bertekad tadarus Alquran sebanyak-banyaknya.
Toh, sebenarnya  sebenarnya tilawah Alquran satu juz hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Bila bacaan 30 juz bisa diselesaikan dalam waktu sembilan hari. Berarti hanya membutuhkan waktu 2,5 hari jam sehari untuk membaca Alquran. Sangat mudah, asal disertai kesungguhan niat.” Sebaik-baik dzikrullah adalah membaca Alquran,” demikian pesan dari ulama salama fusholeh.
Kepada jamaah calon haji yang akan berangkat, niatkan untuk bisa khatam membaca Alquran sebanyak-banyaknya selama di Tanah Haram dan itu bisa dilatih mulai dari sekarang selagi masih berada di Tanah Air. Selama Beribadah Haji.               

Sumber:Republika/- ed:budi raharjo

Tujuan Syariat Haji

Assalamu’alaikum wr wbDalam waktu dekat ini saya akan memenuhi kewajiban ibadah haji saya, tetapi terasa menjadi beban rasanya jika perjalaan saya ke tanah suci sekedar untuk memenuhi kewajiban saja. Untuk memantapkan ibadah saya agar mendapatkan kemabruran, mohon dijelaskan tujuan syariat ibdah haji dlam islam. (Reza Abdul Jabbar-Bekasi)

Wa’alaikumsalam 

“ Dan, seluruh manus
ia untuk mengerjakan haji , niscaya mereka akan datang kepadamu berjalan kaki atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka yang datang dari segenap penjuru.” {QS AL-HAJJ [22]:77}.
Al-Thahir ibn Asyur dalam tafsirnya, Al-tahrir wa al-tanwir, ketika menafsirkan ayat di atas menjelaskan maqashid syari’ah al-hajj (tujuan syariat haji) bahwa pada awalnya makna kosakata haji adalah menyengajakan diri mengunjungi Baitullah (Ka’bah). Dalam perkembangannya, makna ini berarti medatangi Masjidil Haram untuk menunaikan manasik haji dan diantara tujuannya adalah menimba dan mengokohkan akidah dalam bentuk musyahadah (menyaksikan secara langsung) bangunan yang didirikan untuk dijadikan simbol tauhidullah (menesakan penghambaan hanya untuk Allah) yang pada akhirnya akan memantapkan keyakinan tauhid orang yang menyaksikannya secara langsung. Karena, tabiat dasar logika manusia hanya dapat meyakini sesuatu yang abstrak jika sudah diwakili oleh simbol yang dapat terindra.



Pada awalnya, Ibrahim as sempat ragu dengan kemampuannya menerima amanah untuk menyeru seluruh manusia dari seantero penjuru dunia karena seakan mustahil tanpa perangkat komunikasi dan pemasaran yang memadai tetapi ia harus menyeru manusia semua untuk menuju datang ke Baitulah yang ia tinggikan dengan tangannya dan putranya, Ismail as. Tetapi, setelah Allah menegaskan bahwa tugas Ibrahim as hanya menyeru dan tugas Allah menyampaikan pesan seruannya ke seluruh hati orang yang Allah kehendaki untuk mendengarnya maka Ibrahim tanpa ragu menyambut perintah dan amanah Allah. Saat ini kita dapat kelangsungan seruan yang seakan tidak pernah berhenti menggema di dalam hati orang-orang beriman yang telah dikehendaki Allah untuk mengunjngi Bait-Nya.



Dalam talbiah, tersirat pula maksud dan tujuan perjalanan haji yang dapat memperkokoh ibadah kita. Labbaik allahumma labbaik, innal hamdah wan ni’mata laka wal mulk, laa syariikalak.... (kami sambut seruan-Mu ya Allah, kami smbut seruan-Mu bahwa tiada sekutu bagi-Mu dalam sesembahan, sungguh segala puj dan ouji, seluruh nikmat adalah milik-Mu). 



Ibadah haji juga erupakan undangan langit dari Yang Maha Pengasih agar para tamu-Nya (dhuyufur rahman) dapat menyaksikan dan merasakan rahmat-Nya, kemudian berbagi rahmat Allah dengan penuh cinta kepada yang lain sambil terus mengagungkan dan menyebut nama-Nya.



Allah Ta’ala berfirman, “Agara mereka menyeksikan berbagi manfaa untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka, makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir (QS al-Hajj [22]:28).



Salah satu faktor terpenting untuk dapat menjumpai Allah di rumah-Nya dan menjadi tamu-Nya yang akan mendapatkan ampunan dan syurga-Nya adalah datang dengan tanpa kotoran lahir dan batin., dalam keadaan telah menunaikan janji-janji kepada-Nya, serta melakukan tawaf.



Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, mmenyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah). {QS Al-Hajj [22]:29}.



Di antara syariat tujuan haji lainnya adalah menyempurnakan keislaman diri. Sebagai rukun islam yang kelima, ibadah haji adalah penyempurna keislaman seseorang setelah benar syahadat, shalat, zakat, dan puasanya. Ibadah haji akan kehilangan makna jika dilakukan oleh orang yang cacat syahadat, rukun islam, serta rukun imannya. Wallahu a’lam bish shawab.



Sumber. Republika- Ustaz Bachtiar Nasir

Arti Masyair Muqaddas

Tanya: 
Assalamualaikum wr wb. Ustadz, apakah artinya Masyair Muqaddas? Benarkah jamaah haji wajib mengunjungi tempat tersebut? (Hassanudin, Cibitung, Bekasi)

Jawab :
Masyair Muqaddas adalah tempat-tempat suci, seperti Mina, Muzdalifah, dan Arafah. Jamaah haji mesti mengunjungi tempat tersebut karena ritual ibadah haji yang mesti dilaksanakan ditempat tersebut. 
Mina sering 
disebut “Muna” adalah bentuk dari jamak dari “al-munyah” yang berarti keinginan atau harapan. Arti lain dari kata Mina adalah mengucurkan darah. Mina adalah jalan lembah yang disinggahi oleh jamaah haji untuk melempar jumrah. Dinamakan Mina lantaran darah dialirkan padanya.



Ibnu al-Arabi mengatakan, orang-orang datang ke Mina dan Allah menjadikan sesuatu yang diinginkan, dia menakdirkannya, dan hal itu di namakan Mina. Ibnu Syumail mengatakan, disebut Mina karena domba jantan (kibas) disembelih di sana.



Muzdalifah, yaitu tempat jamaah haji diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah pada malam hari. Muzdalifah disebut juga dengan Jama’ (perkumpulan). Dinamakan demikian karena orang-orang yang berhaji berkumpul di sana.”



Arafah disebut juga al-Masy’aril al-Haram, al-Mas’yar al-Aqsa, dan llal ‘ala Wazn Hilal. Gunung yang terdapat di tengahnya adalah Jabal Rahmah. Dinamakan Arafah karena Jibril pernah memperlihatkan manasik kepada Ibrahim. Ibrahim lalu berkata “Araffu, araffu (aku telah tahu).” Sebab itulah dinamakna Arafah.



Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang berada di Arafah sebelum terbit fajar , niscaya telah mendapatkan haji.” Dalam riwayat yang disampaikan dari Ibnu Abbas , Rasulullah bersabda “Siapa saja yang menyaksikan shalat kami ini , lalu wukuf bersama kami hingga kami selesai , dan dia pernah melakukan wukuf sebelum itu di Arafah pada waktu malam atau siang hari , berarti telah sempurna haji dan ibadahnya.’ (HR Imam Ahmad, hadis ini dinyatkan Sahih oleh at-Tarmidzi).
Wassalamualikum wr wb.



Sumber: Republika- Ustadz Erik Yusuf