Haji Tanpa Makkah

Oleh: KH Ali Mustafa Yaqub

Sekitar 1970-an, di negeri kita muncul paham yang aneh, bahkan sesat. Paham itu mengajarkan, orang yang berziarah ke tujuh makam wali, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama seperti pahala

ibadah haji dan umrah.

Waktu itu banyak orang bertanya, bolehkah orang yang sudah berziarah ke tujuh makam para wali itu menyandang gelar haji?

Tentu, kita tidak ingin membahas gelar haji atau hajah bagi orang tersebut karena paham tersebut telah menyimpang dari Islam.

Mudah-mudahan paham itu sekarang sudah tidak ada lagi. Mungkinkah orang yang tidak pergi ke Makkah mendapatkan pahala ibadah yang sama dengan ibadah haji dan umrah? Sangat mungkin apabila kita mengikuti Rasulullah SAW.

“Siapa yang shalat Subuh berjamaah (di masjid), kemudian ia tetap duduk di tempat shalatnya untuk berzikir kepada Allah SWT sampai terbit matahari, kemudian ia shalat sunah dua rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala ibadah haji dan umrah dengan sempurna.” (Hadis hasan (baik), riwayat Tirmidzi dalam kitabnya, “Sunan al-Tirmidzi”.

Dari hadis ini, ada lima syarat yang mesti dikerjakan oleh setiap Muslim untuk mendapatkan pahala haji dan umrah tanpa pergi ke Makkah. Pertama, shalat Subuh berjamaah. Kedua, tetap duduk di tempat shalatnya. Ketiga, berzikir kepada Allah SWT. Keempat, hal itu dilakukan sampai terbit matahari. Kelima, shalat sunah dua rakaat.

Para ulama berbeda pendapat tentang shalat sunah dua rakaat ini, apa namanya? Ada yang mengatakan itu adalah shalat sunah Thulu´al-Syams (terbit matahari) dan yang lain menyebutnya shalat sunah Muqadimah Dhuha (pembuka Dhuha).

Bagi kita, tidak soal nama shalat itu, yang penting, kita niat shalat sunah dua rakaat. Apabila lima syarat itu dikerjakan, kita akan mendapatkan pahala ibadah haji dan umrah secara sempurna tanpa pergi ke Makkah.

Untuk menambah bekal kita di akhirat, seyogianya setiap Muslim mengerjakan tuntunan Nabi SAW ini. Mendapatkan nilai ibadah haji tanpa harus mengeluarkan biaya pergi ke Makkah, tanpa uang saku, dan juga tanpa biaya yang ekstra. Sekiranya mungkin, hal itu kita lakukan setiap hari dan apabila tidak mungkin minimal kita lakukan satu minggu satu kali.

Tuntunan Nabi SAW ini berlaku, baik bagi orang yang belum berhaji maupun orang yang sudah berhaji. Kendati begitu, bagi orang yang belum pernah beribadah haji, apabila ia memiliki kemampuan finansial untuk pergi ke Makkah, ia wajib pergi ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji.

Bagi yang sudah beribadah haji, tapi tak memiliki kemampuan berhaji lagi, cukup mengerjakan tuntunan Nabi SAW itu. Bagi yang sudah berhaji dan memiliki kemampuan, ikutilah tuntunan sunah Nabi SAW, yaitu berhaji cukup sekali dan berinfak ribuan kali.

Tak perlu berkali-kali berhaji, tetapi cukup menjalankan tuntunan Nabi SAW di atas dan uangnya bisa dimanfaatkan untuk diinfakkan di jalan Allah (fi sabilillah).

Sekiranya memang mencari pahala haji dan umrah, cukup mengerjakan tuntunan Nabi SAW tersebut di atas. Status sosial tak perlu dipikirkan sebab hal itu merusak niat haji. Wallahu a'lam.

Sumber: Republika Online - Chairul Akhmad

Berat Koper (Oleh-oleh) Jamaah Masih Dibawah Batas Maksimal

Berat maksimum koper jamaah haji adalah 32 kilogram. Bila berlebih akan dibongkar dan dikurangi isinya. Demikian ketentuan dari Kementerian Agama (Kemenag) dan dua maskapai penerbangan yang mengangkut jamaah haji. Namun, sampai dengan Kamis (1/11), rata-rata berat koper jamaah masih di bawah berat maksimum.

Untuk jamaah Kloter 4 Solo, misalnya, berat rata-rata koper jamaah hanya 28,1 kilogram. Jumlah total koper milik 373 jamaah yang diterbangkan oleh Garuda Indonesia, dengan nomor penerbangan GA 6901 tersebut hanya 10,484 ton. Demikian data yang tercatat di Madinatul Hujjaj (Asrama Haji Indonesia) di Jeddah. Alhasil, ada selisih sekitar setengah ton yang tidak digunakan.

Kendati masih ada ruang sekitar setengah ton, namun itu bukan berarti jamaah haji masih dapat menambah koper, atau mengompensasinya dengan menambah tentengan barang bawaan. “Tidak bisa, karena berat 32 kilogram koper setiap jamaah itu merupakan berat maksimum. Bergantung mereka menggunakan atau tidak,” kata Yudi Dewanto, koordinator Hujjaj Handling saat ditemui di Madinatul Hujja, Kamis (1/11).

Berat di bawah kuota maksimum itu juga dialami kloter-kloter lainnya. Seperti Kloter 2 Jakarta (29,9 kg ), Kloter 2 Medan (29,27 kg), Kloter 2 Ujungpandang (31,26 kg), dan Kloter 2 Banda Aceh (29,43 kg).

Yudi menduga, kurangnya berat koper jamaah tersebut karena pihak Kementerian Agama mengambil koper tersebut jauh-jauh hari. Untuk beberapa kloter, diambil H-10 keberangkatan, atau pada 21 Oktober. Padahal, pada tanggal tersebut, jamaah haji belum lagi menggunakan kain ihram untuk wukuf, sehingga kain ihram tak sempat masuk koper. Sementara, bila kain ihram masuk ke dalam tas troli, hanya dengan dua atau tiga stel, tas troli sudah akan sesak.

“Seharusnya sih koper itu diambil pihak Kemenag setelah proses haji selesai, sehingga isi kopernya bisa maksimal. Tapi, soal itu (mengambil tas koper jamaah-red) kebijakan Depag lah,” kata Yudi.

Kendati Kementerian Agama mengambil koper jamaah jauh-jauh hari, nyatanya koper-koper tersebut baru diantar ke Madinatul Hujjaj Jeddah pada H-1 keberangkatan. Di Madinatul Hujjaj, koper-koper tersebut ditimbang lagi, diperiksa dengan x-ray, kemudian dikirim ke bandara menggunakan truk kontainer. “Kita kirim ke bandara 12 jam sebelum pesawat berangkat,” katanya.

Sumber: Sinhat -Haji Kemenag (Rep)

Kawasan Jamarat Mina Sudah Sepi

Memasuki hari tasrik ketiga atau 13 Dzulhijah, seluruh jamaah haji termasuk asal Indonesia telah meninggalkan kawasan Mina, Arab Saudi.

Mina merupakan kawasan untuk melempar jumroh batu baik wusto, ula, dan aqobah sebagai bentuk perlawanan terhadap setan. Mina merupakan salah tempat aktifitas rangkaian haji setelah sebelumnya melakukan wukuf.

Para jamaah yang meninggalkan kawasan Mina, membuat temapt melempar jumroh tersebut, saat ini dalam keadaan relatif lebih sepi. Dan sejauh ini, hanya terlihat tumpukan sampah yang berserakan di sekitar kawasan Mina. Tidak ada lagi jamaah haji yang membludak, memenuhi dan memadati kawasan sekitar jamarat Mina.

Mereka yang meninggalkan kawasan Mina termasuk jamaah Indonesia, memilih nafar awal, yakni hanya berdiam dan melakukan jumroh selama dua hari. Setelah itu para jamaah, menuju ke Makkah untuk melakukan rangkaian rukun haji selanjutnya. Yakni Thawaf ifadah, dan sai di Masjidil Haram.

Sejauh ini, jalan-jalan menuju ke Masjidil Haram sudah relatif mencair dan tidak menimbulkan antrean yang panjang. Hal Ini disebabkan, sudah berkurangnya antrean bus besar dan mobil-mobil pribadi secara bersama menuju ke Makkah.

Pada malam hari kemarin, antrean kendaraan masih terjadi dan menyebabkan kemacetan yang cukup panjang, bisa mencapai 4-5 jam lebih untuk ke Masjidil Haram yang sebelumnya hanya setengah jam. Sebagian besar dari jamaah memilih untuk berjalan kaki ke Masjidil Haram.

Sumber: Sinhat - HAji Kemenag-(MCH/Akmal)

Jamarat Minim Rambu Pemicu Jamaah Tersesat

Lantaran situasi yang padat dan rambu yang kurang jelas, jamaah calon haji yang berada di kawasan lempar jumrah di Jamarat, Mina, kerap kebingungan dan tersesat.

Menurut petugas yang berjaga, banyak jamaah yang kebingungan untuk kembali ke maktabnya. ‘’Mereka sering kali kembali ke tempat awal saat melempar jumrah,’’ ujar Titik Orbawati, petugas dari Pa
nitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas menjaga di Pos Jamarat 1, Sabtu (27/10).

Titik mengungkapkan, tak jarang ada jamaah lanjut usia yang sudah susah berjalan tersasar pula. ‘’Terkadang mereka sudah mendapatkan penjelasan yang detail dari petugas, tapi tetap saja mereka balik ke tempat awal sehingga sering kali mereka sudah kelelahan untuk berjalan kembali,’’ lanjut Titik yang menjaga di lantai dasar tempat melempar jumrah tersebut.

Senada dengan Titik, Nanny Yunus yang juga berjaga di tempat yang sama mengaku kerap menemukan jamaah yang kebingungan karena rambu-rambu penunjuk jalan tidak jelas. ‘’Saya sudah memberikan petunjuk yang jelas untuk keluar namun mereka sering bingung melihat rambu bertuliskan ‘Mina’ ternyata menuju arah maktab yang berbeda dengan tujuannya,’’ kata dia.

Titik dan Nanny juga menyayangkan sikap askar Arab Saudi yang berjaga di sekitar Jamarat yang kerap mengusir dan tak mengizinkan jamaah untuk beristirahat sejenak setelah melempar jumrah. ‘’Mereka langsung mengusir jamaah yang sedang duduk sebentar untuk sekadar istirahat saja. Ini mengenaskan karena sebagian besar jamaah kita adalah para lanjut usia,’’ ujar Nanny.

Bahkan, kata Titik, tak hanya para jamaah, petugas dari PPIH yang berjaga di sekitar Jamarat pun kerap diusir askar tersebut. ‘’Padahal, kami sudah menjelaskan bahwa kita ini sebenarnya sama-sama bertugas,’’ ujarnya.

Kelelahan juga menjadi faktor pemicu yang membuat jamaah sulit menemukan jalan pulang. ‘’Ada yang sejak pagi hari sudah berputar-putar mencari maktabnya sehingga ketika kami temukan sudah dalam kondisi sangat kelelahan,’’ papar Titik. Situasi Mina yang tak memungkinkan untuk mengangkut jamaah dengan kendaraan pun kian menyulitkan. ‘’Banyak jamaah yang minta dicarikan kendaraan untuk pulang. Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena di sini kami semua juga berjalan kaki sedangkan jarak menuju maktab jamaah cukup jauh,’’ kata Nanny menimpali.

Jarak maktab jamaah Indonesia terbilang cukup jauh dari lokasi melempar jumrah. Jarak terdekat untuk jamaah reguler Indonesia sekitar tiga kilometer dari Jamarat. Sedangkan untuk jarak terjauh yang mendekati atau berada di sekitar Muzdalifah bisa mencapai lima kilometer.

Keduanya sendiri berharap untuk penyelenggaraan haji mendatang, ada kerja sama yang lebih solid antara petugas Arab Saudi dan Indonesia. ‘’Dengan begitu, kami tidak akan diusir-usir lagi,’’ kata Nanny.
Sumber: Sinhat-Haji Kemenag-(MCH/Endah Hapsari)

Dirjen PHU Anggito: Pelayanan Haji 2012 Cenderung Membaik

Sebagian besar pelaksanaan Haji, telah terlewati dengan wukuf di Padang Arafah dan melempar jumroh di Mina. Dari hasil Evaluasi Pelayanan haji tahun 2012 ini, berjalan baik dan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

"Alhamdulilah secara umum lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini dipantau dari pengalaman dan praktek di lapangan," un
gkap Dirjen Penyelenggara Ibadah Haji dan Umroh Kementrian Agama Anggito Abimanyu, Senin (29/10) di Mekkah.

Anggito mengatakan indikator lebih baik terkait masalah transparansi, transportasi dan perlindungan jamaah. Soal Transparansi, secara perlahan dapat diterapkan untuk masalah kuota dan unsur pengawasan. "Untuk masalah transportasi, jalur pergerakan jamaah dari tanah air, embarkasi, hingga penerbangan dan transportasi Jedah, Makkah dan Armina umumnya lancar dengan terpenuhi waktu yang ditentukan," jelasnya.

Untuk yang ketiga, Abimanyu menambahkan dari sisi perlindungan terhadap jamaah, tahun ini travel yang tidak mempunyai izin tidak boleh memberangkatkan jamaah.

"Dengan cara ini, menyebabkan jamaah banyak yang tidak berangkat namun haji nonkuota tidak banyak," tambahnya.

sementara itu, untuk masalah tenda dan WC di Mina yang dikeluhkan banyak dari jamaah, Anggito berjanji akan memperbaikinya. "Ini agak sulit, sebab fasilitas tenda, dan WC menjadi wewenang pemerintah Arab Saudi akibat lahan lokasi yang tidak berubah," tutupnya.
Sumber: Sinhat-HAji Kemenag -(MCH/Akmal)

Jamaah Wafat di Tanah Suci Menjadi 230 Orang

Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci terus bertambah. Hingga hari ke-42 pelaksanaan haji, jamaah haji yang dipanggil Sang Khaliq mencapai 230 orang.

Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), Kamis (1/11), sekira 70 persen jamaah haji wafat di Makkah. Lainnya wafat di Mina, Madinah, Arafah, dan Jeddah.

Jamaah haji
 yang wafat di Makkah sebanyak 177 orang, Mina (24 Orang) Madinah (19), Arafah (6 orang), Jeddah (2 orang) dan perjalanan (2 orang). Sementara tidak ada jamaah haji yang wafat di Muzdalifah atau ketika bermalam dan mengambil krikil untuk lontar jumrah.

Sebagian besar jamaah wafat karena mengalami gangguan jantung. Jamaah wafat karena sebab yang juga disebut dengan sistem siskulasi ini sebanyak 145 orang, gangguan pernapasan (65 orang), infeksi dan parasit (6 orang), endoktrin nutrisi (5 orang), sistem pencernaan (4 orang), darah dan organ pembulu darah (2 orang) dan keracunan (1 orang).

Kendati jamaag haji wanita tahun ini lebih besar, namun jamaah haji pria lebih banyak yang wafat yakni 128 orang. Sedangkan jamaah wanita 102 orang. Jamaah haji wafat didominasi usia lanjut atau di atas 60 tahun yaitu sebanyak 147 orang.

Berikut rekapitulasi jemaah haji wafat berdasarkan embarkasi, Aceh 6 orang, Medan 15 orang, Batam 7 orang, Jakarta 18 orang, Bekasi 38 orang, Solo 41 orang, Surabaya 40 orang, Ujung Pandang 17 orang, Balik Papan 5 orang, Banjarmasin 3 orang, Padang 10 orang dan Palembang 11 orang.
Sumber: Sinhat-HAji Kemenag-(MCH)

Semoga Allah SWT telah menerima niat hajin dan umrohya, mengampuni dosa dan kesalahannya serta memberinya balasan jannah, aamiin.
Kepada keluarga yang ditinggalkan mendapat karunia ketabahan dan kesabaran aamiin

Kloter Pertama Jawa Timur Tiba dengan Selamat

Alhamdulillah, tepat pukul 13.25, pesawat dari maskapai Saudi Arabia Airlines (SAA) mendarat mulus di Bandara Internasional Juanda, Kamis (1/11).

Pesawat yang membawa 445 jamaah haji kloter 1 dari Kabupaten Bojonegor tiba dengan selamat di Tanah Air.

"Pesawat sudah mendarat dengan selamat tepat pukul 13.30," jelas PTS pejabat tinggi sementara GM BIJ Tulus Pujiono.

Pesawat ini kata Tulus terbang langsung dari Jeddah, ke BIJ Surabaya. Selanjutnya para jamaah haji ini langsung masuk ke bus dan rombongan diangkut menuju Asrama Haji Sukolilo.

Jamaah haji lainnya secara bergelombang akan berurutan tiba kloter kedua juga dari Bojonegoro pada pukul 15.25. Kloter tiga dari Bojonegoro dan Nganjuk tiba di pukul 17.20.

Dan kloter empat dari Nganjuk sebagian dari Surabaya dijadwalkan tiba pada pukul 19.25.

Rasa syukur dan ucapan hamdalah berkali kali diucapkan jamaah haji kloter 1 yang menginjakkan kaki di tanah air.

Begitu turun dari pesawat jamaah haji ini ada yang melakukan sujud syukur. Panas lantai apron Bandara Internasional Juanda (BIJ) tidak lagi dirasakan.

"Alhamdulillah, perjalanan lancar semuanya selamat," kata Laseni,60 jamaah haji asal Desa Kedungrejo, Baureno Bojonegoro, Kamis (1/11/2012).

Laseni berangkat menunaikan ibadah haji bersama suaminya Karsono 70.

"Saya dengan suami dan dua saudara saya," katanya.

Bersama jamaah haji lainnya, pasutri ini mengaku dapat menunaikan rukun Islam kelima setelah menunggu lima tahun.
Sumber: Sinhat-HAji Kemenag (Tribun)