Biro Perjalanan Umroh - Salah satu kewajiban umat Islam dalam beribadah adalah berwudhu. Wudhu merupakan bukti keimanan yang tak terlihat secara kasat mata. Mirip dengan orang yang berpuasa. Tak ada orang yang menjaga wudhunya kecuali karena alasan keimanan.
Secara syar'i, wudhu ditujukan untuk menghilangkan hadas kecil agar kita sah menjalankan ibadah, khususnya shalat. ''Shalatnya salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudhu.'' (HR Abu Hurairah).
''Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki." (QS Al-Maidah (5): 6).
Eksistensi wudhu sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan seorang Muslim, karena dalam wudhu Allah SWT memberikan pesan moral yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Membasuh kepala, misalnya, ditujukan agar kita membersihkan kepala atau otak kita dari segala pikiran kotor dan menyesatkan.
Membasuh kaki dan tangan ditujukan agar kita tidak menggunakan tangan dan kaki ini untuk mengambil hak orang lain, menginjak martabat orang lain. Berkumur-kumur, membasuh wajah, dan mengusap telinga, ditujukan agar kita menggunakan mulut untuk menyebarkan perdamaian dan kasih sayang, menggunakan mata untuk melihat nilai-nilai kebenaran, dan menggunakan telinga untuk mendengar nilai kebaikan.
Kita diperintahkankan berwudhu minimal lima kali dalam sehari, yaitu untuk menjalankan shalat lima waktu. Meski demikian, kita dianjurkan berwudhu tidak hanya ketika hendak mendirikan shalat, namun juga ketika hendak melakukan ibadah atau amalan lainnya, misalnya ketika membaca Alquran, mengikuti pelajaran, pengajian, dan memasuki masjid. Bahkan ketika kita hendak makan pun dianjurkan untuk berwudhu. ''Keberkahan makanan adalah dengan wudhu sebelum dan sesudahnya.'' (HR Abu Dawud).
Banyak keutamaan wudhu yang dijelaskan Rasulullah SAW. Antara lain sebagaimana diriwayatkan Thabrani dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Jika seorang hamba menjaga shalatnya, menyempurnakan wudhunya, rukuknya, sujudnya, dan bacaannya, maka shalat akan berkata kepadanya, 'Semoga Allah SWT menjagamu sebagaimana kamu menjagaku', dia naik dengannya ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai kepada Allah SWT dan shalat memberi syafaat kepadanya.''
Berwudhu merupakan hal yang mudah dilakukan, namun perlu keistiqamahan dalam implementasinya. Seorang hamba yang banyak berwudhu akan mudah dikenali Rasulullah SAW di hari kiamat nanti karena memiliki ciri khas tersendiri. ''Muka dan tangan kalian nanti di hari kiamat berkilauan bekas dari berwudhu.'' (HR Muslim)
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID
American traveler, American traveler luggage, American traveler reviews, American traveler jobs, American traveler motor club, American traveler login, American traveler suitcase, American traveler boca raton fl, American traveler boca raton, American traveler press, American travelers to europe, American travelers life insurance company, American traveler allied, American traveler login, American traveler housing, American traveler inc, American tourister indonesia
Hijir Ismail
Biro Perjalanan Umroh- Hijir Ismail adalah sebidang tanah berbentuk setengah lingkaran yang terletak di sebelah utara Ka’bah. Bagian dari dalam Hijir Ismail berbatasan langsung dengan dinding Ka’bah antara Rukun Syami (Syam) dan Rukun Iraqi. Hijir Ismail sering dijadikan sebagi tempat shalat dan memunajatkan do’a kepada Allah SWT karena diyakini sebagai salah satu tempat yang mustajab.
Hijir Ismail dulunya masuk ke dalam bangunan Ka’bah, keluarnya Hijir Ismail dari bangunan Ka’bah terjadi ketika diadakan pemugaran Ka’bah pada tahun ke lima sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat Rosul. Ketika itu, kaum Quraisy kekurangan dana untuk memugar Ka’bah. Karena itu, diputuskan untuk mengurangi bagian sisi utara dari Ka’bah yang kemudian dikenal dengan nama Hijir Ismail.
Abbas Kararah menyebutkan asal-usul nama Hijir Ismail karena tanah itu sengaja disediakan oleh Nabi Ibrahim AS untuk putranya, Ismail AS . Di tanah itu ditanam pohon arak yang dahannya dapat digunakan untuk bersiwak (mengosok gigi). Pohon itu juga, berfungsi sebagai tempat berlindung bagi Nabi Ismail dan domba yang digembalakannya. Diriwayatkan pula bahwa di tanah itu dibangun fondasi rumah keluarga Nabi Ibrahim dan pekuburan keluarga mereka. Nabi Ibrahim dimakamkan di tanah tersebut, di samping makam ibunya, Siti Hajar.
Hijir Ismail dulunya masuk ke dalam bangunan Ka’bah, keluarnya Hijir Ismail dari bangunan Ka’bah terjadi ketika diadakan pemugaran Ka’bah pada tahun ke lima sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat Rosul. Ketika itu, kaum Quraisy kekurangan dana untuk memugar Ka’bah. Karena itu, diputuskan untuk mengurangi bagian sisi utara dari Ka’bah yang kemudian dikenal dengan nama Hijir Ismail.
Abbas Kararah menyebutkan asal-usul nama Hijir Ismail karena tanah itu sengaja disediakan oleh Nabi Ibrahim AS untuk putranya, Ismail AS . Di tanah itu ditanam pohon arak yang dahannya dapat digunakan untuk bersiwak (mengosok gigi). Pohon itu juga, berfungsi sebagai tempat berlindung bagi Nabi Ismail dan domba yang digembalakannya. Diriwayatkan pula bahwa di tanah itu dibangun fondasi rumah keluarga Nabi Ibrahim dan pekuburan keluarga mereka. Nabi Ibrahim dimakamkan di tanah tersebut, di samping makam ibunya, Siti Hajar.
Kloter Terakhir Terbang ke Tanah Air
Biro Perjalanan Umroh - Direktur Pelayanan Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementeraian Agama Sri Ilham Lubis melepas kepulangan kelompok terbang 365 yang merupakan kloter terakhir ke Indonesia.
Di Bandara King Abdul Azis Jeddah, Kamis sore waktu Saudi, Sri mengucapkan selamat jalan terima kasih kepada semua pihak, petugas pelayanan Indonesia, Kerajaan Saudi, Muasasah dan Naqaba yang sudah membantu kelancaran pelayanan haji Indonesia.
"Kewajiban pemerintah RI memberi pelayanan terbaik kepada warganya yang menjadi jamaah haji di Saudi," kata Sri. Diakuinya, masih terdapat sejumlah kekurangan dalam pelayanan, tetapi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia terus berusaha memberi yang terbaik dan meningkatkan kualitas pelayanan. "Setiap kekurangan dan kendala menjadi masukan terbaik untuk perbaikan pelayanan tahun berikutnya," kata Sri.Sementara Kepada Daerah Kerja Jeddah Ahmad Abdullah yang juga hadir pada kesempatan itu, ia menyatakan pada kondisi tertentu kendala muncul pada situasi yang tidak terduga seperti kecelakaan beruntun empat bus pengangkut jamaah dan lift jatuh di hotel transit pendukung.
"Standar operasi kita, petugas harus segera berada di lapangan untuk membantu dan memberi dukungan pada jamaah dan itu yang kami lakukan," katanya.
Kelompok terbang ke-365 melalui Jeddah itu terdiri dari 190 haji dari Kalimantan Selatan dan dan 24 dari NTB. Mereka lepas landas pukul 17.00 waktu Saudi atau pukul 21.00 WIB dengan pesawat Garuda. Terdapat 479 kelompok terbang Indonesia ke Saudi dengan total 192.507 orang. Jamaah yang datang melalui Jeddah, 369 kelompok terbang dengan 142.650 orang. Pada kepulangan melalui Jeddah terdapat 365 kelompok terbang dengan 141.379 anggota. Tahun ini terdapat 425 yang wafat dan satu di antaranya adalah petugas di Makkah.
Kini masih terdapat 22 anggota jamaah yang masih dirawat di rumah sakit di Arab Saudi dan belum bisa pulang ke daerah asal di Indonesia. Kasi Pelayanan Kesehatan Daker Jeddah Ananto Prasetya di Jeddah, Kamis, menyatakan di Jeddah terdapat satu haji yang dirawat di RS King Fahd, yakni Sulani Ahmad Kasbi (58) anggota kelompok terbang MES-18 embarkasi Medan dirawat karena menderita kencing manis.
Perwakilan RI di Arab Saudi dalam hal ini Kantor Tehnis Urusan Haji (TUH) akan bertanggung jawab dan mendampingi jamaah yang dirawat di rumah sakit di Saudi meski musim haji sudah usai. Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Saudi Syaerozi Dimyati di Jeddah mengatakan keluarga yang orang tua atau famili haji tersebut tidak perlu khawatir. Syaerozi mengatakan tahun lalu terdapat 35 haji yang dirawat di rumah sakit Saudi hingga bulan Ramadhan tahun berikutnya.
"Biaya rumah sakit menjadi tanggungan Pemerintah Kerajaan Saudi. Gratis hingga jamaah kita sembuh dan mendapat izin pulang," kata Syaerozi yang juga Ketua Teknis Urusan Haji di Saudi.
Sumber: Sinhat-Haji kemenag-(MCH/ant)
Di Bandara King Abdul Azis Jeddah, Kamis sore waktu Saudi, Sri mengucapkan selamat jalan terima kasih kepada semua pihak, petugas pelayanan Indonesia, Kerajaan Saudi, Muasasah dan Naqaba yang sudah membantu kelancaran pelayanan haji Indonesia.
"Kewajiban pemerintah RI memberi pelayanan terbaik kepada warganya yang menjadi jamaah haji di Saudi," kata Sri. Diakuinya, masih terdapat sejumlah kekurangan dalam pelayanan, tetapi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia terus berusaha memberi yang terbaik dan meningkatkan kualitas pelayanan. "Setiap kekurangan dan kendala menjadi masukan terbaik untuk perbaikan pelayanan tahun berikutnya," kata Sri.Sementara Kepada Daerah Kerja Jeddah Ahmad Abdullah yang juga hadir pada kesempatan itu, ia menyatakan pada kondisi tertentu kendala muncul pada situasi yang tidak terduga seperti kecelakaan beruntun empat bus pengangkut jamaah dan lift jatuh di hotel transit pendukung.
"Standar operasi kita, petugas harus segera berada di lapangan untuk membantu dan memberi dukungan pada jamaah dan itu yang kami lakukan," katanya.
Kelompok terbang ke-365 melalui Jeddah itu terdiri dari 190 haji dari Kalimantan Selatan dan dan 24 dari NTB. Mereka lepas landas pukul 17.00 waktu Saudi atau pukul 21.00 WIB dengan pesawat Garuda. Terdapat 479 kelompok terbang Indonesia ke Saudi dengan total 192.507 orang. Jamaah yang datang melalui Jeddah, 369 kelompok terbang dengan 142.650 orang. Pada kepulangan melalui Jeddah terdapat 365 kelompok terbang dengan 141.379 anggota. Tahun ini terdapat 425 yang wafat dan satu di antaranya adalah petugas di Makkah.
Kini masih terdapat 22 anggota jamaah yang masih dirawat di rumah sakit di Arab Saudi dan belum bisa pulang ke daerah asal di Indonesia. Kasi Pelayanan Kesehatan Daker Jeddah Ananto Prasetya di Jeddah, Kamis, menyatakan di Jeddah terdapat satu haji yang dirawat di RS King Fahd, yakni Sulani Ahmad Kasbi (58) anggota kelompok terbang MES-18 embarkasi Medan dirawat karena menderita kencing manis.
Perwakilan RI di Arab Saudi dalam hal ini Kantor Tehnis Urusan Haji (TUH) akan bertanggung jawab dan mendampingi jamaah yang dirawat di rumah sakit di Saudi meski musim haji sudah usai. Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Saudi Syaerozi Dimyati di Jeddah mengatakan keluarga yang orang tua atau famili haji tersebut tidak perlu khawatir. Syaerozi mengatakan tahun lalu terdapat 35 haji yang dirawat di rumah sakit Saudi hingga bulan Ramadhan tahun berikutnya.
"Biaya rumah sakit menjadi tanggungan Pemerintah Kerajaan Saudi. Gratis hingga jamaah kita sembuh dan mendapat izin pulang," kata Syaerozi yang juga Ketua Teknis Urusan Haji di Saudi.
Sumber: Sinhat-Haji kemenag-(MCH/ant)
Kloter Terakhir Sumut Tiba Dini Hari Tadi
Kelompok terbang 19 Debarkasi Medan menjadi kelompok terbang terakhir jamaah
haji asal Sumatera Utara. Kloter ini mendarat di Bandara Polonia Medan, Selasa
(27/11) pukul 02.15 WIB dini hari tadi.
Demikian disampaikan Ketua PPPIH
Debarkasi Medan Drs Abd Rahim M.Hum melalui Sekretaris Drs H Abd Rahman Harahap
MA kepada wartawan, kemarin.
Dijelaskan Abd Rahim, jamaah Sumut akan bergabung bersama jamaah asal Aceh dan dari Sumatera Selatan dengan menggunakan pesawat Airbus 338 dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Dijelaskan Abd Rahim, jamaah Sumut akan bergabung bersama jamaah asal Aceh dan dari Sumatera Selatan dengan menggunakan pesawat Airbus 338 dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Namun, Jamaah asal Sumatera Selatan
tidak turun dari pesawat, karena begitu proses penurunan jamaah Sumut dan Aceh
berikut barang bawaan selesai dilaksanakan,
segera melanjutkan perjalanan ke
daerah asalnya.
Sedangkan jamaah asal Aceh akan istirahat di Medan malam itu dan akan bertolak ke Serambi Mekkah dengan pesawat Garuda pukul 09.35 WIB. “Khusus jamaah Aceh biaya perjalanan menuju daerahnya ditanggung oleh pemerintah,” kata Abd Rahman yang didampingi Humas Drs HM Sazli Nasution.
Ditambahkan Abd Rahman, hingga kini, sebanyak 23 jamaah meninggal dunia di tanah suci. Jamaah haji Medan yang meninggal, Senin (19/11) adalah H Baginda Bangun Tua Harahap bin Japoriaman Harahap (89) eks kloter 10 dari Padang Sidimpuan yang meninggal di Makkah.
Untuk itu, pesan Harahap, diharapkan kepada seluruh ahli waris jamaah yang meninggal untuk mempersiapkan segala sesuatunya guna pengurusan Asuransi dari Beringin Life Syariah. “Setiap jamaah yang meninggal di tanah suci atau selama pelaksanaan haji, maka berhak untuk mendapatkan asuransi senilai Rp 33 juta,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk kedatangan kelompok terbang terakhir ini tidak ada penyambutan khusus di Bandara Polonia Medan oleh Muspidasu ataupun pejabat terkait lainnya. Setibanya di Bandara, jamaah langsung ke Asrama Haji Medan untuk pengembalian paspor maupun urusan perhajian lainnya.
Sumber: Sinhat_HAji Kemenag(MM)
Subhanallah, Allah Menjawab Al Fatihah Kita
Seberapa sering kah kita membaca
Al-Fatihah secara terburu-buru dalam Shalat kita?? Sadarkah kita bahwa Allah menjawab
do'a kita setiap ayat per ayat ?? Allah menjawab do'a kita dengan
penuh kasih sayang.
Dari 'Ubaidah bin shamit r.a,Rasulullah telah bersabda:"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surah AL-FATIHAH".
Riwayat dari Abu Hurairah pula,rasulullah telah bersabda:" Barangsiapa yang tidak membaca AL-FATIHAH di dalam shalat,maka shalatnya itu tidak sempurna.(Rasulullah telah mengulangi kenyataan ini sebanyak 3 kali)".
Lalu sahabat bertanya kepada Abu Hurairah:"Bagaimana pula kalau kami mengikut imam?".Jawab Abu Hurairah:"Bacalah perlahan-lahan.Karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:
Bahwa Allah berfirman:"Shalat itu aku bagi 2 yaitu antara AKU dan hamba-KU.Untuk hamba-KU ialah apa yang dimintanya...
Apabila hamba-KU mengucapkan:Alhamdulillahi rabbil 'alamin (segala puji bagi Allah,Tuhan seru sekalian alam)
AKU menjawab:hamdani 'abdi(hambaku memujiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:Arrahmanirrahim (Yang maha pengasih lagi maha penyanyang)
AKU menjawab:'Atsna alayya 'abdi (hambaku menyanjungiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:Maliki yaumiddin (Maha penguasa hari kemudian)
AKU menjawab:Majjadani abdi (hambaku mengagungkanku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in(kepada Engkau kami menyembah dan kepada Engkau kami minta pertolongan)
AKU menjawab:Hadza bayni wa bayna abdi,wali abdi wa saala (inilah bahagianku dan bahagian hambaku yg dimintanya)
Apabila hamba-KU mengucapkan:Ihdinash siratal mustaqim,siratal ladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladh-dhaalin(pimpinlah kami ke jalan yang lurus,yakni jalan yang tidak engkau murkai dan tidak pula jalan orang yang sesat)
AKU menjawab:Hadza li abdi,wali 'abdi ma saala(inilah milik hambaku,dan bagi hamba-KU apa yang dia minta)
itulah semua jawaban Allah apabila setiap kali kita membaca AL-FATIHAH
Subhanallah..
begitu sayangnya Allah pada kita..
Dia membalas setiap kalimat do'a yang kita panjatkan kepadaNya..
tapi, pernahkah kita memberikan-Nya waktu untuk menjawab do'a kita??
Kita yang selalu membaca Al-Fatihah dengan cepat, tanpa memberi Jeda untuk Allah menjawab do'a kita....
Kita jarang memberikan kesempatan pada Allah untuk menjawab do'a kita, yang padahal, Allah sangat ingin berbincang dengan kita lewat do'a kita..
Semoga bisa menjadi bahan renungan...
Wallahu a'lam bishawwab..
Dari 'Ubaidah bin shamit r.a,Rasulullah telah bersabda:"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surah AL-FATIHAH".
Riwayat dari Abu Hurairah pula,rasulullah telah bersabda:" Barangsiapa yang tidak membaca AL-FATIHAH di dalam shalat,maka shalatnya itu tidak sempurna.(Rasulullah telah mengulangi kenyataan ini sebanyak 3 kali)".
Lalu sahabat bertanya kepada Abu Hurairah:"Bagaimana pula kalau kami mengikut imam?".Jawab Abu Hurairah:"Bacalah perlahan-lahan.Karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:
Bahwa Allah berfirman:"Shalat itu aku bagi 2 yaitu antara AKU dan hamba-KU.Untuk hamba-KU ialah apa yang dimintanya...
Apabila hamba-KU mengucapkan:Alhamdulillahi rabbil 'alamin (segala puji bagi Allah,Tuhan seru sekalian alam)
AKU menjawab:hamdani 'abdi(hambaku memujiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:Arrahmanirrahim (Yang maha pengasih lagi maha penyanyang)
AKU menjawab:'Atsna alayya 'abdi (hambaku menyanjungiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:Maliki yaumiddin (Maha penguasa hari kemudian)
AKU menjawab:Majjadani abdi (hambaku mengagungkanku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in(kepada Engkau kami menyembah dan kepada Engkau kami minta pertolongan)
AKU menjawab:Hadza bayni wa bayna abdi,wali abdi wa saala (inilah bahagianku dan bahagian hambaku yg dimintanya)
Apabila hamba-KU mengucapkan:Ihdinash siratal mustaqim,siratal ladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladh-dhaalin(pimpinlah kami ke jalan yang lurus,yakni jalan yang tidak engkau murkai dan tidak pula jalan orang yang sesat)
AKU menjawab:Hadza li abdi,wali 'abdi ma saala(inilah milik hambaku,dan bagi hamba-KU apa yang dia minta)
itulah semua jawaban Allah apabila setiap kali kita membaca AL-FATIHAH
Subhanallah..
begitu sayangnya Allah pada kita..
Dia membalas setiap kalimat do'a yang kita panjatkan kepadaNya..
tapi, pernahkah kita memberikan-Nya waktu untuk menjawab do'a kita??
Kita yang selalu membaca Al-Fatihah dengan cepat, tanpa memberi Jeda untuk Allah menjawab do'a kita....
Kita jarang memberikan kesempatan pada Allah untuk menjawab do'a kita, yang padahal, Allah sangat ingin berbincang dengan kita lewat do'a kita..
Semoga bisa menjadi bahan renungan...
Wallahu a'lam bishawwab..
Tags:
artikel haji umroh,
Hikmah,
Kisah Menarik,
shalat
Masjid Kiblatain, Bentuk Ketaatan Kepada Allah SWT
Hijau dan rimbunnya pohon menyambut
kedatangan para peziarah lintas dunia ketika berada di sekitar Masjid Qiblatain
Madinah Arab Saudi. Pada pagi hari yang cukup cerah, para jemaah haji dari lintas
dunia termasuk Indonesia telah memadati Masjid qiblatain. Masjid ini terletak
di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan
Wadi Aqiq atau diatas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah Arab
Saudi.
Masjid Qiblatain yang artinya masjid dua kiblat, adalah salah satu masjid terkenal di Madinah yang selalu ramai dikunjungi. Masjid yang mula-mula dikenal dengan masjid salamah karena berada diatas bekas rumah bani salamah, saat ini memiliki struktur bangunan yang megah. Dimulai dari luas dan besarnya bangunan hingga menara masjid yang berdiri kokoh.
Sedangkan didalamnya, udara dingin dengan siraman AC para pengunjung, lantai terasa lembut karena dilapisi karpet yang berkualitas berwarna merah. Masjid ini juga dihiasi sinar terang dari hiasan lampu yang berukuran besar, serta seni kaligrafi yang menghiasi dinding, Mihrob serta Mimbar Khotib.
Selain itu, sebagai bagian dari sejarah perubahan arah kiblat di masjid, persis dibelakang atau berlawanan arah mihrob dibagian atas terdapat arah kiblat pertama. Arah kiblat itu, dilambangkan dengan bentuk ukiran sajadah ukuran 1X2 meter yang berada dibawah kubah masjid didekat pintu masuk utama.
Pada permulaan Islam, orang melakukan salat dengan kiblat ke arah Baitul Maqdis (nama lain Masjidil Aqsha) di Yerusalem/Palestina. Baru belakangan turun wahyu kepada Rasulullah SAW untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram di Mekkah.
Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu dhuhur di Masjid Bani Salamah ini. Ketika itu Rasulullah SAW tengah salat zuhur dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di tengah salat, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144[1], yang artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Setelah turunnya ayat tersebut di atas, Nabi Muhammad menghentikan sementara salatnya, kemudian meneruskannya dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua.
Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad juga telah memerintahkan Usman Bin Affan untuk membeli sebuah sumur milik orang yahudi. Keberadaan sumur sangat penting bagi sebuah masjid sebagai air minum dan segala aktifitas ibadah. Setelah dibeli, sumur itu, kemudian di wakafkan dan digunakan hingga kini sebagai sumber pengairan pohon-pohon hijau dan rimbun.
Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi dan pembangunan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut. Sebelumnya Sultan Sulaiman telah memugarnya di tahun 893 H atau 1543 M. Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia.
Di Masjid Qiblatain, juga menyediakan berbagai oleh-oleh yang bisa dibeli oleh para pengunjung. Mulai dari cincin hingga siwak dan cicin yang terbuat dari perak dengan harga yang terjangkau. Moga dengan mengetahui dan mengunjungi Masjid Qiblatain, kita dapat berbenah diri untuk selalu taat kepada perintah Allah dan mengikuti Sunah Rosul. Ketaatan kita adalah tidak lain untuk meraih Ridho dan surga yang dijanjikan-Nya.
Sumber: Sinhat-Haji Kemenag-(MCH/akmal)
Sekilas Sejarah Penanggalan Hijriyah
Sejarah penanggalan Kalender Islam yang populer dikenal dengan Kalender
Hijriyah dikenal tak lepas dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari
Makkah ke Madinah. Saat itu, penindasan yang dialami umat Islam oleh kaum kafir Makkah sudah menjadi-jadi.
Penindasan itu mencapai puncaknya pada September tahun 622M. Saat itu, kaum kafir yang dikepalai Abu Jahl berencana ingin membunuh Nabi Muhammad SAW.
Dengan mukjizatnya, Rasulullah SAW selamat dari rencana pembunuhan kafir Quraisy yang telah mengepung rumah Beliau. Selanjutnya, Rasulullah SAW beserta sahabatnya, Abu Bakar RA berhijrah pergi meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib (madinah) yang terletak 320 kilometer (200 mil) di utara Makkah.
Khawatir dengan pengejaran Kafir Makkah, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar RA singgah di sebuah gua bernama Gua Tsur untuk bersembunyi dan beristirahat. Putra Abu bakar, Abdullah mengamati perkembangan di Kota Makkah kemudian datang ke Gua Tsur untuk melapor kepada ayahnya sekaligus membawakan makanan.
Di Makkah sendiri situasi semakin memanas. Kaum kafir Quraisy menggelar sayembara bagi siapa pun yang mampu menangkap Nabi Muhammad SAW hidup-hidup atau mati, akan diberikan hadiah seratus ekor unta.
Salah seorang yang berambisi untuk mendapatkan hadiah sayembara tersebut adalah Suraqah bin Malik. Obsesinya untuk mendapatkan hadiah membuatnya mendapatkan informasi tentang keberadaan Rasulullah SAW. Ia segera memacu kudanya untuk menangkap Rasulullah.
Namun naas, ketika kudanya mulai mendekati posisi Rasulullah SAW, kakinya terjungkal ke dalam pasir gurun sehingga ia pun terpelanting ke tanah. Hal itu terjadi berulang-ulang hingga akhirnya ia menyadari bahwa ia tak mungkin dapat menangkap Rasulullah SAW karena beliau mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Ia pun akhirnya kembali ke Makkah dengan tangan hampa.
Setelah sampai di Yatsrib, Rasulullah SAW dan Abu bakar disambut hangat oleh penduduk Yastrib dengan meriahnya. Hingga beberapa penyair melantunkan nasyid (laguan selamat datang) yang kemudian dikenal dengan ‘Thala’al Badru ‘alaina’.
Secara berangsur-angsur, kaum muslimin di Makkah juga berhijrah ke Yastrib mengikuti Rasulullah SAW untuk menyelamatkan iman mereka. Mereka yang berhijrah disebut muhajirun dan mereka yang menyambut kedatangan mereka di Yastrib disebut Anshar. Yastrib.
Yastrib kemudian berubah nama menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi). Seiring berjalannya waktu, sebutan ‘Madinatun Nabi’ berganti menjadi Madinah, yang berarti ‘kota’.
Untuk mengenang peristiwa besar tersebut, Umar bin Khattab mencetuskan peristiwa hijrah Nabi SAW sebagai awal tanggal dimulainya penanggalan Islam yang kemudian dikenal dengan kalender Hijriah. Hal itu dicetuskan Umar pada tahun 638, atau 17 tahun setelah peristiwa hijrah berlangsung.
Sumber: Republika Online-Dewi Mardiani-Hannan Putra
Penindasan itu mencapai puncaknya pada September tahun 622M. Saat itu, kaum kafir yang dikepalai Abu Jahl berencana ingin membunuh Nabi Muhammad SAW.
Dengan mukjizatnya, Rasulullah SAW selamat dari rencana pembunuhan kafir Quraisy yang telah mengepung rumah Beliau. Selanjutnya, Rasulullah SAW beserta sahabatnya, Abu Bakar RA berhijrah pergi meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib (madinah) yang terletak 320 kilometer (200 mil) di utara Makkah.
Khawatir dengan pengejaran Kafir Makkah, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar RA singgah di sebuah gua bernama Gua Tsur untuk bersembunyi dan beristirahat. Putra Abu bakar, Abdullah mengamati perkembangan di Kota Makkah kemudian datang ke Gua Tsur untuk melapor kepada ayahnya sekaligus membawakan makanan.
Di Makkah sendiri situasi semakin memanas. Kaum kafir Quraisy menggelar sayembara bagi siapa pun yang mampu menangkap Nabi Muhammad SAW hidup-hidup atau mati, akan diberikan hadiah seratus ekor unta.
Salah seorang yang berambisi untuk mendapatkan hadiah sayembara tersebut adalah Suraqah bin Malik. Obsesinya untuk mendapatkan hadiah membuatnya mendapatkan informasi tentang keberadaan Rasulullah SAW. Ia segera memacu kudanya untuk menangkap Rasulullah.
Namun naas, ketika kudanya mulai mendekati posisi Rasulullah SAW, kakinya terjungkal ke dalam pasir gurun sehingga ia pun terpelanting ke tanah. Hal itu terjadi berulang-ulang hingga akhirnya ia menyadari bahwa ia tak mungkin dapat menangkap Rasulullah SAW karena beliau mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Ia pun akhirnya kembali ke Makkah dengan tangan hampa.
Setelah sampai di Yatsrib, Rasulullah SAW dan Abu bakar disambut hangat oleh penduduk Yastrib dengan meriahnya. Hingga beberapa penyair melantunkan nasyid (laguan selamat datang) yang kemudian dikenal dengan ‘Thala’al Badru ‘alaina’.
Secara berangsur-angsur, kaum muslimin di Makkah juga berhijrah ke Yastrib mengikuti Rasulullah SAW untuk menyelamatkan iman mereka. Mereka yang berhijrah disebut muhajirun dan mereka yang menyambut kedatangan mereka di Yastrib disebut Anshar. Yastrib.
Yastrib kemudian berubah nama menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi). Seiring berjalannya waktu, sebutan ‘Madinatun Nabi’ berganti menjadi Madinah, yang berarti ‘kota’.
Untuk mengenang peristiwa besar tersebut, Umar bin Khattab mencetuskan peristiwa hijrah Nabi SAW sebagai awal tanggal dimulainya penanggalan Islam yang kemudian dikenal dengan kalender Hijriah. Hal itu dicetuskan Umar pada tahun 638, atau 17 tahun setelah peristiwa hijrah berlangsung.
Sumber: Republika Online-Dewi Mardiani-Hannan Putra
Subscribe to:
Comments (Atom)
-
Tanya : Ustad, kapan kira-kira penutup Ka’bah diganti dan bolehkah kita meminta potongan bekasnya untuk souvenir? Wahyu Hidayat , Sumedan...
-
Tanya : Mohon penjelasan tentang Maqam Ibrahim dan mengapa kita shalat dua rakaat disana? Jawab : Alhamdulillah, sebelumnya saya sampaika...
-
Tanya: Saya mau bertanya beberapa keistimewaan atau penti ngnya hajar aswad itu. Mengapa orang ramai-ramai berebut untuk menciumnya yan...
-
Tanya: Assalamualaikum wr wb. Ustadz, apakah artinya Masyair Muqaddas? Benarkah jamaah haji wajib mengunjungi tempat tersebut? (Hass...
-
Pernahkah anda membaca dalam riwayat akan Umar bin Khattab menangis? Umar bin Khattab terkenal gagah perkasa sehingga disegani lawan mau...
-
Empat astronot Rusia dalam kunjungannya ke Riyadh, Sabtu (10/11), disambut hangat Pangeran Salman yang tak lain juga mengepalai Lembag...
-
Tanya: Apakah benar makam Rasulallah SAW sekarang itu dulunya adalah kamarnya Aisyah? Dan apakah Raudhah juga termasuk kamar Aisyah? yuss...






