Keutamaan Berwudhu

Biro Perjalanan Umroh - Salah satu kewajiban umat Islam dalam beribadah adalah berwudhu. Wudhu merupakan bukti keimanan yang tak terlihat secara kasat mata. Mirip dengan orang yang berpuasa. Tak ada orang yang menjaga wudhunya kecuali karena alasan keimanan.

Secara syar'i, wudhu ditujukan untuk menghilangkan hadas kecil agar kita sah menjalankan ibadah, khususnya shalat. ''Shalatnya salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudhu.'' (HR Abu Hurairah).

''Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki." (QS Al-Maidah (5): 6).

Eksistensi wudhu sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan seorang Muslim, karena dalam wudhu Allah SWT memberikan pesan moral yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Membasuh kepala, misalnya, ditujukan agar kita membersihkan kepala atau otak kita dari segala pikiran kotor dan menyesatkan.

Membasuh kaki dan tangan ditujukan agar kita tidak menggunakan tangan dan kaki ini untuk mengambil hak orang lain, menginjak martabat orang lain. Berkumur-kumur, membasuh wajah, dan mengusap telinga, ditujukan agar kita menggunakan mulut untuk menyebarkan perdamaian dan kasih sayang, menggunakan mata untuk melihat nilai-nilai kebenaran, dan menggunakan telinga untuk mendengar nilai kebaikan.

Kita diperintahkankan berwudhu minimal lima kali dalam sehari, yaitu untuk menjalankan shalat lima waktu. Meski demikian, kita dianjurkan berwudhu tidak hanya ketika hendak mendirikan shalat, namun juga ketika hendak melakukan ibadah atau amalan lainnya, misalnya ketika membaca Alquran, mengikuti pelajaran, pengajian, dan memasuki masjid. Bahkan ketika kita hendak makan pun dianjurkan untuk berwudhu. ''Keberkahan makanan adalah dengan wudhu sebelum dan sesudahnya.'' (HR Abu Dawud).

Banyak keutamaan wudhu yang dijelaskan Rasulullah SAW. Antara lain sebagaimana diriwayatkan Thabrani dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Jika seorang hamba menjaga shalatnya, menyempurnakan wudhunya, rukuknya, sujudnya, dan bacaannya, maka shalat akan berkata kepadanya, 'Semoga Allah SWT menjagamu sebagaimana kamu menjagaku', dia naik dengannya ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai kepada Allah SWT dan shalat memberi syafaat kepadanya.''

Berwudhu merupakan hal yang mudah dilakukan, namun perlu keistiqamahan dalam implementasinya. Seorang hamba yang banyak berwudhu akan mudah dikenali Rasulullah SAW di hari kiamat nanti karena memiliki ciri khas tersendiri. ''Muka dan tangan kalian nanti di hari kiamat berkilauan bekas dari berwudhu.'' (HR Muslim)

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID

Hijir Ismail

Biro Perjalanan Umroh- Hijir Ismail adalah sebidang tanah berbentuk setengah lingkaran yang terletak di sebelah utara Ka’bah. Bagian dari dalam Hijir Ismail berbatasan langsung dengan dinding Ka’bah antara Rukun Syami (Syam) dan Rukun Iraqi. Hijir Ismail sering dijadikan sebagi tempat shalat dan memunajatkan do’a kepada Allah SWT karena diyakini sebagai salah satu tempat yang mustajab.

Hijir Ismail dulunya masuk ke dalam bangunan Ka’bah, keluarnya Hijir Ismail dari bangunan Ka’bah terjadi ketika diadakan pemugaran Ka’bah pada tahun ke lima sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat Rosul. Ketika itu, kaum Quraisy kekurangan dana untuk memugar Ka’bah. Karena itu, diputuskan untuk mengurangi bagian sisi utara dari Ka’bah yang kemudian dikenal dengan nama Hijir Ismail.

Abbas Kararah menyebutkan asal-usul nama Hijir Ismail karena tanah itu sengaja disediakan oleh Nabi Ibrahim AS untuk putranya, Ismail AS . Di tanah itu ditanam pohon arak yang dahannya dapat digunakan untuk bersiwak (mengosok gigi). Pohon itu juga, berfungsi sebagai tempat berlindung bagi Nabi Ismail dan domba yang digembalakannya. Diriwayatkan pula bahwa di tanah itu dibangun fondasi rumah keluarga Nabi Ibrahim dan pekuburan keluarga mereka. Nabi Ibrahim dimakamkan di tanah tersebut, di samping makam ibunya, Siti Hajar.

Kloter Terakhir Terbang ke Tanah Air

Biro Perjalanan Umroh - Direktur Pelayanan Haji Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementeraian Agama Sri Ilham Lubis melepas kepulangan kelompok terbang 365 yang merupakan kloter terakhir ke Indonesia.

Di Bandara King Abdul Azis Jeddah, Kamis sore waktu Saudi, Sri mengucapkan selamat jalan terima kasih kepada semua pihak, petugas pelayanan Indonesia, Kerajaan Saudi, Muasasah dan Naqaba yang sudah membantu kelancaran pelayanan haji Indonesia.

"Kewajiban pemerintah RI memberi pelayanan terbaik kepada warganya yang menjadi jamaah haji di Saudi," kata Sri. Diakuinya, masih terdapat sejumlah kekurangan dalam pelayanan, tetapi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia terus berusaha memberi yang terbaik dan meningkatkan kualitas pelayanan. "Setiap kekurangan dan kendala menjadi masukan terbaik untuk perbaikan pelayanan tahun berikutnya," kata Sri.Sementara Kepada Daerah Kerja Jeddah Ahmad Abdullah yang juga hadir pada kesempatan itu, ia menyatakan pada kondisi tertentu kendala muncul pada situasi yang tidak terduga seperti kecelakaan beruntun empat bus pengangkut jamaah dan lift jatuh di hotel transit pendukung.

"Standar operasi kita, petugas harus segera berada di lapangan untuk membantu dan memberi dukungan pada jamaah dan itu yang kami lakukan," katanya.

Kelompok terbang ke-365 melalui Jeddah itu terdiri dari 190 haji dari Kalimantan Selatan dan dan 24 dari NTB. Mereka lepas landas pukul 17.00 waktu Saudi atau pukul 21.00 WIB dengan pesawat Garuda. Terdapat 479 kelompok terbang Indonesia ke Saudi dengan total 192.507 orang. Jamaah yang datang melalui Jeddah, 369 kelompok terbang dengan 142.650 orang. Pada kepulangan melalui Jeddah terdapat 365 kelompok terbang dengan 141.379 anggota. Tahun ini terdapat 425 yang wafat dan satu di antaranya adalah petugas di Makkah.

Kini masih terdapat 22 anggota jamaah yang masih dirawat di rumah sakit di Arab Saudi dan belum bisa pulang ke daerah asal di Indonesia. Kasi Pelayanan Kesehatan Daker Jeddah Ananto Prasetya di Jeddah, Kamis, menyatakan di Jeddah terdapat satu haji yang dirawat di RS King Fahd, yakni Sulani Ahmad Kasbi (58) anggota kelompok terbang MES-18 embarkasi Medan dirawat karena menderita kencing manis.

Perwakilan RI di Arab Saudi dalam hal ini Kantor Tehnis Urusan Haji (TUH) akan bertanggung jawab dan mendampingi jamaah yang dirawat di rumah sakit di Saudi meski musim haji sudah usai. Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Saudi Syaerozi Dimyati di Jeddah mengatakan keluarga yang orang tua atau famili haji tersebut tidak perlu khawatir. Syaerozi mengatakan tahun lalu terdapat 35 haji yang dirawat di rumah sakit Saudi hingga bulan Ramadhan tahun berikutnya.

"Biaya rumah sakit menjadi tanggungan Pemerintah Kerajaan Saudi. Gratis hingga jamaah kita sembuh dan mendapat izin pulang," kata Syaerozi yang juga Ketua Teknis Urusan Haji di Saudi.

Sumber: Sinhat-Haji kemenag-(MCH/ant)

Kloter Terakhir Sumut Tiba Dini Hari Tadi

Kelompok terbang 19 Debarkasi Medan menjadi kelompok terbang terakhir jamaah haji asal Sumatera Utara. Kloter ini mendarat di Bandara Polonia Medan, Selasa (27/11) pukul 02.15 WIB dini hari tadi.

Demikian disampaikan Ketua PPPIH Debarkasi Medan Drs Abd Rahim M.Hum melalui Sekretaris Drs H Abd Rahman Harahap MA kepada wartawan, kemarin.

Dijelaskan Abd Rahim, jamaah Sumut akan bergabung bersama jamaah asal Aceh dan dari Sumatera Selatan dengan menggunakan pesawat Airbus 338 dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Namun, Jamaah asal Sumatera Selatan tidak turun dari pesawat, karena begitu proses penurunan jamaah Sumut dan Aceh berikut barang bawaan selesai dilaksanakan,
segera melanjutkan perjalanan ke daerah asalnya.

Sedangkan jamaah asal Aceh akan istirahat di Medan malam itu dan akan bertolak ke Serambi Mekkah dengan pesawat Garuda pukul 09.35 WIB. “Khusus jamaah Aceh biaya perjalanan menuju daerahnya ditanggung oleh pemerintah,” kata Abd Rahman yang didampingi Humas Drs HM Sazli Nasution.

Ditambahkan Abd Rahman, hingga kini, sebanyak 23 jamaah meninggal dunia di tanah suci. Jamaah haji Medan yang meninggal, Senin (19/11) adalah H Baginda Bangun Tua Harahap bin Japoriaman Harahap (89) eks kloter 10 dari Padang Sidimpuan yang meninggal di Makkah.

Untuk itu, pesan Harahap, diharapkan kepada seluruh ahli waris jamaah yang meninggal untuk mempersiapkan segala sesuatunya guna pengurusan Asuransi dari Beringin Life Syariah. “Setiap jamaah yang meninggal di tanah suci atau selama pelaksanaan haji, maka berhak untuk mendapatkan asuransi senilai Rp 33 juta,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan, untuk kedatangan kelompok terbang terakhir ini tidak ada penyambutan khusus di Bandara Polonia Medan oleh Muspidasu ataupun pejabat terkait lainnya. Setibanya di Bandara, jamaah langsung ke Asrama Haji Medan untuk pengembalian paspor maupun urusan perhajian lainnya.

Sumber: Sinhat_HAji Kemenag(MM)

Subhanallah, Allah Menjawab Al Fatihah Kita

Seberapa sering kah kita membaca Al-Fatihah secara terburu-buru dalam Shalat kita?? Sadarkah kita bahwa Allah menjawab do'a kita setiap ayat per ayat ?? Allah menjawab do'a kita dengan penuh kasih sayang.

Dari 'Ubaidah bin shamit r.a,Rasulullah telah bersabda:"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surah AL-FATIHAH".

Riwayat dari Abu Hurairah pula,rasulullah telah bersabda:" Barangsiapa yang tidak membaca AL-FATIHAH di dalam shalat,maka shalatnya itu tidak sempurna.(Rasulullah telah mengulangi kenyataan ini sebanyak 3 kali)".

Lalu sahabat bertanya kepada Abu Hurairah:"Bagaimana pula kalau kami mengikut imam?".Jawab Abu Hurairah:"Bacalah perlahan-lahan.Karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

Bahwa Allah berfirman:"Shalat itu aku bagi 2 yaitu antara AKU dan hamba-KU.Untuk hamba-KU ialah apa yang dimintanya...

Apabila hamba-KU mengucapkan:Alhamdulillahi rabbil 'alamin (segala puji bagi Allah,Tuhan seru sekalian alam)
AKU menjawab:hamdani 'abdi(hambaku memujiku)

Apabila hamba-KU mengucapkan:Arrahmanirrahim (Yang maha pengasih lagi maha penyanyang)
AKU menjawab:'Atsna alayya 'abdi (hambaku menyanjungiku)

Apabila hamba-KU mengucapkan:Maliki yaumiddin (Maha penguasa hari kemudian)
AKU menjawab:Majjadani abdi (hambaku mengagungkanku)

Apabila hamba-KU mengucapkan:iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in(kepada Engkau kami menyembah dan kepada Engkau kami minta pertolongan)
AKU menjawab:Hadza bayni wa bayna abdi,wali abdi wa saala (inilah bahagianku dan bahagian hambaku yg dimintanya)

Apabila hamba-KU mengucapkan:Ihdinash siratal mustaqim,siratal ladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladh-dhaalin(pimpinlah kami ke jalan yang lurus,yakni jalan yang tidak engkau murkai dan tidak pula jalan orang yang sesat)


AKU menjawab:Hadza li abdi,wali 'abdi ma saala(inilah milik hambaku,dan bagi hamba-KU apa yang dia minta)

itulah semua jawaban Allah apabila setiap kali kita membaca AL-FATIHAH
Subhanallah..
begitu sayangnya Allah pada kita..
Dia membalas setiap kalimat do'a yang kita panjatkan kepadaNya..
tapi, pernahkah kita memberikan-Nya waktu untuk menjawab do'a kita??
Kita yang selalu membaca Al-Fatihah dengan cepat, tanpa memberi Jeda untuk Allah menjawab do'a kita....
Kita jarang memberikan kesempatan pada Allah untuk menjawab do'a kita, yang padahal, Allah sangat ingin berbincang dengan kita lewat do'a kita..


Semoga bisa menjadi bahan renungan...

Wallahu a'lam bishawwab..

Masjid Kiblatain, Bentuk Ketaatan Kepada Allah SWT

Hijau dan rimbunnya pohon menyambut kedatangan para peziarah lintas dunia ketika berada di sekitar Masjid Qiblatain Madinah Arab Saudi. Pada pagi hari yang cukup cerah, para jemaah haji dari lintas dunia termasuk Indonesia telah memadati Masjid qiblatain. Masjid ini terletak di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq atau diatas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah Arab Saudi.

Masjid Qiblatain yang artinya masjid dua kiblat, adalah salah satu masjid terkenal di Madinah yang selalu ramai dikunjungi. Masjid yang mula-mula dikenal dengan masjid salamah karena berada diatas bekas rumah bani salamah, saat ini memiliki struktur bangunan yang megah. Dimulai dari luas dan besarnya bangunan hingga menara masjid yang berdiri kokoh.

Sedangkan didalamnya, udara dingin dengan siraman AC para pengunjung, lantai terasa lembut karena dilapisi karpet yang berkualitas berwarna merah. Masjid ini juga dihiasi sinar terang dari hiasan lampu yang berukuran besar, serta seni kaligrafi yang menghiasi dinding, Mihrob serta Mimbar Khotib.

Selain itu, sebagai bagian dari sejarah perubahan arah kiblat di masjid, persis dibelakang atau berlawanan arah mihrob dibagian atas terdapat arah kiblat pertama. Arah kiblat itu, dilambangkan dengan bentuk ukiran sajadah ukuran 1X2 meter yang berada dibawah kubah masjid didekat pintu masuk utama.

Pada permulaan Islam, orang melakukan salat dengan kiblat ke arah Baitul Maqdis (nama lain Masjidil Aqsha) di Yerusalem/Palestina. Baru belakangan turun wahyu kepada Rasulullah SAW untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram di Mekkah.

Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu dhuhur di Masjid Bani Salamah ini. Ketika itu Rasulullah SAW tengah salat zuhur dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di tengah salat, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144[1], yang artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Setelah turunnya ayat tersebut di atas, Nabi Muhammad menghentikan sementara salatnya, kemudian meneruskannya dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua.

Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad juga telah memerintahkan Usman Bin Affan untuk membeli sebuah sumur milik orang yahudi. Keberadaan sumur sangat penting bagi sebuah masjid sebagai air minum dan segala aktifitas ibadah. Setelah dibeli, sumur itu, kemudian di wakafkan dan digunakan hingga kini sebagai sumber pengairan pohon-pohon hijau dan rimbun.

Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi dan pembangunan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut. Sebelumnya Sultan Sulaiman telah memugarnya di tahun 893 H atau 1543 M. Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia.

Di Masjid Qiblatain, juga menyediakan berbagai oleh-oleh yang bisa dibeli oleh para pengunjung. Mulai dari cincin hingga siwak dan cicin yang terbuat dari perak dengan harga yang terjangkau. Moga dengan mengetahui dan mengunjungi Masjid Qiblatain, kita dapat berbenah diri untuk selalu taat kepada perintah Allah dan mengikuti Sunah Rosul. Ketaatan kita adalah tidak lain untuk meraih Ridho dan surga yang dijanjikan-Nya.

Sumber: Sinhat-Haji Kemenag-(MCH/akmal)

Sekilas Sejarah Penanggalan Hijriyah

Sejarah penanggalan Kalender Islam yang populer dikenal dengan Kalender Hijriyah dikenal tak lepas dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Saat itu, penindasan yang dialami umat Islam oleh kaum kafir Makkah sudah menjadi-jadi.

Penindasan itu mencapai puncaknya pada September tahun 622M. Saat itu, kaum kafir yang dikepalai Abu Jahl berencana ingin membunuh Nabi Muhammad SAW.

Dengan mukjizatnya, Rasulullah SAW selamat dari rencana pembunuhan kafir Quraisy yang telah mengepung rumah Beliau. Selanjutnya, Rasulullah SAW beserta sahabatnya, Abu Bakar RA berhijrah pergi meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib (madinah) yang terletak 320 kilometer (200 mil) di utara Makkah.

Khawatir dengan pengejaran Kafir Makkah, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar RA singgah di sebuah gua bernama Gua Tsur untuk bersembunyi dan beristirahat. Putra Abu bakar, Abdullah mengamati perkembangan di Kota Makkah kemudian datang ke Gua Tsur untuk melapor kepada ayahnya sekaligus membawakan makanan.

Di Makkah sendiri situasi semakin memanas. Kaum kafir Quraisy menggelar sayembara bagi siapa pun yang mampu menangkap Nabi Muhammad SAW hidup-hidup atau mati, akan diberikan hadiah seratus ekor unta.

Salah seorang yang berambisi untuk mendapatkan hadiah sayembara tersebut adalah Suraqah bin Malik. Obsesinya untuk mendapatkan hadiah membuatnya mendapatkan informasi tentang keberadaan Rasulullah SAW. Ia segera memacu kudanya untuk menangkap Rasulullah.

Namun naas, ketika kudanya mulai mendekati posisi Rasulullah SAW, kakinya terjungkal ke dalam pasir gurun sehingga ia pun terpelanting ke tanah. Hal itu terjadi berulang-ulang hingga akhirnya ia menyadari bahwa ia tak mungkin dapat menangkap Rasulullah SAW karena beliau mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Ia pun akhirnya kembali ke Makkah dengan tangan hampa.

Setelah sampai di Yatsrib, Rasulullah SAW dan Abu bakar disambut hangat oleh penduduk Yastrib dengan meriahnya. Hingga beberapa penyair melantunkan nasyid (laguan selamat datang) yang kemudian dikenal dengan ‘Thala’al Badru ‘alaina’.

Secara berangsur-angsur, kaum muslimin di Makkah juga berhijrah ke Yastrib mengikuti Rasulullah SAW untuk menyelamatkan iman mereka. Mereka yang berhijrah disebut muhajirun dan mereka yang menyambut kedatangan mereka di Yastrib disebut Anshar. Yastrib.

Yastrib kemudian berubah nama menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi). Seiring berjalannya waktu, sebutan ‘Madinatun Nabi’ berganti menjadi Madinah, yang berarti ‘kota’.

Untuk mengenang peristiwa besar tersebut, Umar bin Khattab mencetuskan peristiwa hijrah Nabi SAW sebagai awal tanggal dimulainya penanggalan Islam yang kemudian dikenal dengan kalender Hijriah. Hal itu dicetuskan Umar pada tahun 638, atau 17 tahun setelah peristiwa hijrah berlangsung.

Sumber: Republika Online-Dewi Mardiani-Hannan Putra

Menunggu Kaum Anshar

Dalam sejarah Islam, istilah Anshar tidak bisa dipisahkan dari Muhajirin. Anshar (orang-orang yang menolong) adalah sebutan untuk masyarakat Madinah yang menerima dengan tangan terbuka kedatangan Nabi Muhammad dan para
sahabatnya. Sedangkan Muhajirin (orang-orang yang hijrah) adalah sebutan untuk penduduk Mekah yang eksodus ke Madinah. Mereka terpaksa mengungsi, dengan perbekalan seadanya, karena selalu dikejar-kejar oleh kaum kafir Mekah.

Banyak sekali kejadian menakjubkan di antara kedua golongan ini. Kaum Anshar membantu secara total kaum Muhajirin yang papa itu. Sebagai ilustrasi, dalam sebuah hadis diceritakan bahwa ada seorang Anshar yang rela memberikan, bukan meminjamkan, separo hartanya kepada seorang Muhajirin. Bahkan, saking tingginya rasa persaudaraan mereka, kaum Anshar berusaha memenuhi segala kebutuhan para pengungsi, termasuk kebutuhan batin. Bahkan, ada di antara orang Anshar yang mempersilakan Muhajirin memilih salah seorang isterinya untuk dinikahi setelah dia menceraikan istrinya itu.

Dengan sangat indah Allah mendeskripsikan peristiwa langka di sepanjang sejarah manusia itu dalam Alquran: Dan penduduk Madinah yang telah beriman sebelum kedatangan Rasul (kaum Anshar) sangat mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka (kaum Muhajirin). Mereka tidak pernah berkeinginan untuk mengambil kembali apa yang telah diberikan kepada Muhajirin. Bahkan, kaum Anshar lebih mengutamakan kebutuhan kaum Muhajirin dibanding diri mereka sendiri, sekalipun mereka sedang dalam kesulitan. Dan orang-orang yang memelihara dirinya dari sifat kikir, itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 59: 9).

Kaum Anshar, mestinya tidak hanya tinggal kenangan manis bagi sejarah Islam yang statis. Anshar harus selalu ada dan diciptakan dalam setiap episode sejarah umat Islam. Mereka merupakan simbol masyarakat berbudaya yang memiliki keimanan dan rasa kemanusiaan sangat tinggi. Mereka tidak minta garansi apapun ketika mengulurkan tangan menolong para pengungsi yang eksodus ke daerahnya. Banyak di antara mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu, apalagi berkenalan. Namun, semua itu tidak menghalangi orang-orang Anshar untuk menyelamatkan kehidupan para Muhajirin.

Saat ini, sebagian besar rakyat Indonesia sangat menantikan datangnya kaum Anshar, terutama saudara kita yang sedang mengalami kesulitan hidup -- dari mereka yang ter-PHK, tidak mempunyai pekerjaan hingga para pengungsi di berbagai daerah. Mereka menawarkan surga kepada semua kita.

Ini merupakan saat yang tepat untuk membuktikan kepada Allah bahwa kita memang merupakan hamba pilihan-Nya. Jangan terlalu lama berpikir dan menunggu, sebelum terlambat. Tangan yang diulurkan belakangan seringkali tidak dibutuhkan lagi. Tidak ada artinya mengulurkan tangan jika orang yang akan ditolong telah berada di atas, atau sudah terkapar di dasar jurang. Kita sedang berlomba dengan malaikat maut yang sudah sejak lama bersiap merenggut nyawa saudara dan bangsa kita. Kita semua harus datang sebagai Anshar bagi mereka, jika tidak ingin diteriaki oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai orang yang mendustakan agama. Wallahu a'lam bis-shawab.

Sumber: Republika Online-M Irwan Ariefyanto

MEKKAH DAN MADINAH, DUA KOTA YG PALING BERSINAR DARI LUAR ANGKASA


Empat astronot Rusia dalam kunjungannya ke Riyadh, Sabtu (10/11), disambut hangat Pangeran Salman yang tak lain juga mengepalai Lembaga Ilmu Penelitian Antariksa OASIS (PSSO) Saudi. Astronot tersebut adalah utusan dari Asosiasi Penjelajah Antariksa (ASE) yang datang memenuhi undangan Kerajaan Arab Saudi. Empat astronot Rusia tersebut adalah Andrey Borisenko, Alexander Samokutyaev, Anton Shkaplerov, serta penerjemah mereka Boris Meshcherykov. Para astronot tersebut dijamu langsung oleh Pangeran Salman di istananya bersama Pengawas Umum PSSO, Khalid Abdul Gader.

Setelah dijamu Sang Pangeran, para astronot tersebut pun bercerita pengalaman spiritual mereka selama berada di luar angkasa kepada para mahasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan OASIS Saudi. Para Astronot juga memperlihatkan foto-foto yang mereka ambil dari luar angkasa, khususnya foto-foto Makkah dan Madinah.

"K
etika berada di luar angkasa, kami mengambil foto-foto bumi sepanjang hari untuk dokumentasi. Namun, ketika malam hari, sangat sulit untuk mengambil gambar,'' kisah astronot Anatoly Ivanishin kepada para siswa yang hadir. ''Diperlukan teknik khusus untuk memainkan kamera agar bisa memperoleh gambar yang baik. Akhirnya saya berhasil mengambil banyak gambar dari berbagai kota di malam hari.''

''Yang membuat saya terkejut adalah ketika menemukan foto kota Makkah dan Madinah,'' lanjutnya. ''Kedua kota ‘outshone’ itu benar-benar paling bersinar dari semua kota-kota lain di seluruh dunia."

Ivanishin juga menceritakan tentang kota-kota lain di seluruh dunia. Kota-kota tersebut tidak terlihat cerah pada malam hari. Namun, ketika ia memandang Makkah dan Madinah yang bersinar cerah dari luar angkasa, menjadikan sebuah ‘tontonan hati’ baginya. ''Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya,'' tuturnya.

(Sumber: arabnews.com)

Keistimewaan Air Zamzam

SUDAH tidak asing lagi setiap tahun para jamaah haji selalu membawa air Zamzam. Namun tidak banyak yang tahu bagaimana sumur Zamzam bisa mengeluarkan puluhan juta liter air pada satu musim haji, tanpa pernah kering satu kali pun.

Adalah Tariq Hussain, seorang insinyur kimia yang bekerja di Instalasi Pemurnian Air Laut Kota Jeddah, mendapat tugas untuk menyelidiki misteri air Zamzam. Tidak terbayangkan sebelumnya bagaimana sumur Zamzam bisa menyimpan dan menghasilkan air yang begitu banyak dan tidak terbatas.
Ketika sampai di dalam sumur, Tariq amat tercengang ketika menyaksikan bahwa ukuran “kolam” sumur itu hanya 5 x 4 meter. Sungguh di luar perkiraan, bagaimana caranya sumur sekecil ini bisa mengeluarkan jutaan galon air setiap musim haji. Hebatnya lagi, sumur ini terus menghasilkan air sejak ribuan tahun yang lalu, sejak zaman Nabi Ibrahim AS.

Penelitian menunjukkan, mata air Zamzam bisa memancarkan air sebanyak 11-18 liter air per detik. Dengan demikian, setiap menit akan dihasilkan 660 liter air walaupun berasal dari sumur yang kecil, sungguh mencengangkan.

Tariq mulai mengukur kedalaman air sumur. Dia minta asistennya masuk ke dalam air. Ternyata air sumur itu hanya mencapai sedikit di atas bahu pembantunya yang tinggi tubuhnya 5 feet 8 inci. Lalu dia menyuruh asistennya untuk memeriksa, apakah mungkin ada cerukan atau saluran pipa di dalamnya. Setelah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ternyata tidak ditemukan apapun!

Mampu Membunuh Kuman
Dari hasil penelitian sampel air yang dilakukan oleh para peneliti Eropa dan Arab Saudi menunjukkan bahwa air Zamzam mengandung zat Fluorida yang cukup efektif membunuh dan membasmi kuman, layaknya seperti sudah mengandung obat. Perbedaan air Zamzam dibandingkan dengan air sumur lain di kota Mekah dan Arab sekitarnya adalah lebih banyak mengandung Kalsium dan garam Magnesium. Inilah yang menyebabkan air Zamzam membuat efek menyegarkan bagi jamaah haji yang kelelahan.
Keistimewaan lain, komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil, selalu sama dari sejak terbentuknya sumur ini. Rasanya selalu terjaga, dan ini diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun.

Bisa Menyembuhkan Penyakit
Rasulullah SAW bersabda ”Sesungguhnya, Zamzam ini air yang sangat diberkahi, ia adalah makanan yang mengandung gizi”. Kemudian Nabi SAW menambahkan: “Air Zamzam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu, maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud supaya merasa kenyang, maka Allah mengenyangkan engkau. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu, maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail.” (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas). Dalam riwayat lainnya disebutkan “Sebaik-baik air di muka Bumi adalah air Zamzam, di dalamnya ada makanan yang mengenyangkan dan obat yang menyembuhkan penyakit.” (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban)
Dalam penelitian ilmiah yang dilakukan di laboratorium Eropa, terbukti bahwa air Zamzam memang berkhasiat dan berbeda dengan air lainnya yang ada di dunia. Beberapa kelebihan air Zamzam dibandingkan dengan air lain di antaranya:
  1. Kadar Kalsium dan garam Magnesiumnya lebih tinggi dibanding air dari sumur lainnya, hingga berkhasiat untuk menghilangkan rasa haus dan efek penyembuhan.
  2. Zamzam juga mengandung zat fluorida yang berkhasiat memusnahkan kuman-kuman yang terdapat dalam kandungan airnya.
  3. Tidak ada sedikit pun lumut di sumur ini. Zamzam selalu bebas dari kontaminasi kuman.
  4. Pada saat semua sumur air di sekitar Mekah dalam keadaan kering, sumur zamzam tetap berair. Zamzam memang tak pernah kering sepanjang zaman. [sm/islampos/ahlulbadr/zilzaal]
 (Sumber: Islampos.com)

Menapak Jejak Hudaibiyah

Sudah mencoba susu unta? “tanya adam, seorang mukimin kepada saya dan kawan-kawan. “Belum. Dimana tempatnya? “Saya balik bertanya. Tempatnya di Hudaibiyah, disana ada peternakan unta, “Kata adam yang juga petugas haji Indonesia.

Tertarik dengan ucapan Adam, saya dan rombongan petugas media center haji daerah kerja makkah lantas berangkat menuju hudaibiyah. Daerah ini berada diluar tanah suci Makkah. Jarak antara hudaibiyah dan makkah al-mukaramah sekitar 22 kilometer. Sepanjang jalan menuju wilayah barat makkah itu terhampar padang pasir. Di sejumlah titik terdapat peternakan unta.di sinilah pertama kali saya melihat unta, selama dua pekan berada di tanah suci.

Unta-unta itu dipelihara oleh gembala yang disekitarnya membuat gubuk seadanya, peternakan unta itu berada di jalur sebelah kiri jalan menuju Hudaibiyah. Kami tak langsung menepi di peternakan itu karena waktu dzuhur telah tiba. “kita cari masjid dulu untuk shalat. “ujar Zaini Haji Abdullah, sopir yang mengantar kami.

Tibalah kami di sebuah masjid yang lumayan besar, seorang pria arab melambai-lambaikan tangan mengajak kami berhenti sejenak untuk shalat terlebih dahulu.saya pun mengambil wudhu, berbeda dengan air di kota Makkah, air di tempat itu terasa asin. Begitu masuk, imam masjid Hudaibiyah menyapa saya. “Mabrur ...Mabrur..., “ujarnya

    Selesai shalat, saya bertanya kepada Zaini, “di mana tempat Rasulullah SAW melakukan perjanjian Hubaidiyah? “pria berdarah lombok kelahiran makkah itu menyebut masjid itu sebagai saksi perjanjian Hudaibiyah, Subhanallah, saya tidak menyangka bisa shalat dan singgah di tempat bersejarah ini.

    Tempat yang pernah saya tulis dalam rubrik “situs” dalam “islam Digest” itu akhirnya bisa saya tapaki. Dei tempat inilah, pada tahun keenam hijriah, Rasulullah SAW beserta ummat islam pernah mengalami sebuah peristiwa pentuing. “ditempat itulah terjadi sebuah peristiwa penting bernama Baitula ar-Ridhwan, “tutur Dr Syauqi Abu Khalil dalam bukunya bertajuk Athlas al-Hadith al-Nabawi, Hudaibiyah.

    Menurut kitab nasbu harb, Hudaibiyah adalah nama sebuah sumur. Dalam kitab zaadul ma’ad disebutkan, sisi-sisi hudaibiyah sebagian kecil termasuk perbatasan dengan tanah haram makkah. Di tempat itulah terjadi peristiwa penting yang dicatat sejarah peradaban islam, yakni perang Hudaibiyah dan perjanjian Hudaibiyah.

    Perisitiwa bersejarah di Hudaibiyah terjadi pada bulan Dzulqaidah tahuin keenam hijriah. Saat itu, Rasulullah beserta umat islam yang tinggal di madinah hendak menunaikan umrah ke makkah. Upaya Rasulullah dan umatnya untuk umrah di makkah berusaha dijegal kaum Quraisy. Sesungguhnya, nabi SAW sudah mengetaui bahwa kaum kafir Quraisy akan menggangu perjalanan ibadah umat muslim yang telah enam tahun tak mengunjungi Ka’bah.

    Rasulullah SAW menyeru seluruh penduduk desa untuk ikut ber umrah ke makkah. Namun, seruan itu ditolak oleh penduduk desa. Dalam Tafsir Ath-Thabari karya imam ath-thabari, penduduk desa yang menolak seruam Rasulullah SAW untuk berumrah ke makkah itu berasal dari suku badui madinah, yakni juhainah dan muzainah.

    Al-qur’an mengabadikan penolakan suku badui itu dalam surah al-fath (48) ayat 11. Akhrinya, kaum muhajirin dan anshar saja yang berangkat umrah ke makkah. Dalam fathul bari disebutkan. Jumlah kaum muslim yang umrah ke Makkah bersama Rasulullah SAW itu mencapai 1.400 orang.

    Kaum muslim lalu menunaikan shalat di Dzul hulaifah dan berihram umrah dari tempat itu. Setelah mencapai Rauha yang berjarak 73 kilometer dari madinah. Rasulullah SAW mengirim mata-mata ke makkah bernama Bisr bin Sufyan al-kabi.

    Menurut laporan dari sang mata-mata, kafir Quraisy siap berperang dan menolak kaum muslimin memasuki makkah. Rasullulah SAW  dan para sahabat bertekad untuk tetap melanjutkan perjalanan umrah ke makkah. Kaum muslim sempat shalat khauf di usfan. Ketika itu, pasukan kuda kaum musrikin yang dipimpin Khalid binwalid merangsak masuk mendekati kaum muslim.

    Kaum muslim berupaya hindari bentrokan. Rombongan nabi SAW akhirnya tiba di Hudaibiyah. Tekad bulat kaum muslim yang siap mati membela agama allah SWT membuat kaum Quraisy gentar, mereka pun memilih berdamai dengan sebuah perjanjian yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah.

    Setelah menelusuri masjid bersejarah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju peternakan unta. Sayang, siang itu susu unta yang kami cari itu tidak ada. “wah, nggak jadi nih minum susu untanya. “ Cetus Riko Noviantoro, Wartawan indopos. Meski belum sempat mencoba minum susu unta, rasanya ada kepuasan tersendiri bisa menepaki jejak tempat bersejarah di Hudaibiyah.

Sumber – Heri Ruslan/Republika

Arti Manasik

Tanya:
    Ustaz, Apa Arti dan ada berapa macam nama haji?

Jawab:
 Assalamualaikum wr wb.

Manasik  adalah perbuatan atau perkataan dalam ibadah haji. Berbagai macam manasih atau cara haji adalah sebagai berikut. Haji tammatu’ , yaitu berniat menunaikan umrah saja pada bulan-bulan haji, lalu melakukan manasik umrah dan bertahalul. Kemudian diam di makkah dalam keadaan telah bertahalul. Ketika datang waktu haji, melakukan amalan haji wajib bagi yang mengambil tata cara manasik tammatu’ untuk menyembelih hadyu.

Adalah  melaksanakan ihram untuk umrah saja pada bulan-bulan haji, yaitu bulan syawal, Dzulqaidah, dan 10 hari pada Dzulhujjah. Lafaz niat umrah tersebut, “Labaikka ‘ umratan. (aku berniat umrah)” atau “Allahumma Labaikka’umratan (ya allah, aku berniat umrah)’ . jika telah sampai di Makkah, hendaklah melaksanakan tawaf, sai, dan mencukur atau memendekan rambut. Setelah itu, halallah baginya apa yang diharamkan untuk orang ihram, kemudian, dia berihram untuk haji pada 8 Dzulhijjah dan melakukan manasik haji lainnya.

Haji qiran, yaitu meniatkan umrah dan haji sekaligus dalam satu manasik. Wajib bagi yang mengambil tata cara manasik qiran untuk menyembelih hadyu. Adalah berihram untuk umrah dan haji secara bersamaan, atau umrah saja sebelum memulai tawaf. Lafaz niatnya , “Labaikka ‘umratan wa hajjan (aku berniat umrah dan haji)” atau “Allahumma labaikka hajjan wa ‘umratan (ya Allah, aku aku berniat haji dan umrah)” . disunahkan melafaz niatnya setelah berniat dalam hati. Sesampainya di Makkah. Lalu melaksanakan tawaf qudum, sai, dan tetap berihram hingga tahalul pada hari raya idul adha, jika ingin mengakhirkan sai sampai wakktu tawaf ifadhah, diperbolehkan.

Haji ifrad yaitu meniatkan haji saja ketika berihram dan mengamalkan haji saja setelah itu, adalah berihram untuk haji saja. Lafaz niatnya. “labaikka hajjan (aku berniat haji)” atau “Allahumma labbaika hajjan (ya Allah, aku berniat haji)”. Apabila sudah sampai di makkah, hendaklah melakukan tawaf qudum, sai untuk haji, berihram, seperti haji qiran sampai tahalul pada hari raya idul adha. Jika hendak menunda sai sampai waktu tawaf ifadhah, dia boleh melakukannya. Dia tidak wajib membayar dam, berbeda dengan haji tamattu’ dan haji qiran.

Waalaikum salam wr wb.

Oleh – ustaz Erick Yusuf

Lynette Wehner: Jadi Muslim di Sekolah Islam

Lynette Wehner tak menyangka, ia diterima bekerja di sekolah Islam. Cemas bercampur antusias itulah gambaran perasaannya saat itu. Tak hanya ia seorang, keluarganya juga dilema dengan kabar gembira itu.

Spontan saja, orang tuanya mengingatkan satu hal kepadanya ketika Lynette memutuskan untuk menerima pekerjaan itu. "Pastikan anda tidak berpindah aga
ma," kenang Lynette menirukan suara ayahnya.

Dalam pikirannya terbayang, ia bakal diwajibkan mengenakan jilbab. Ia juga harus mempelajari agama Islam, satu hal yang asing baginya. "Jujur, aku berdebat dengan diriku sendiri. Tapi bagian dari diriku mengatakan itu adalah pengalaman yang berharga bagiku," kenang dia.

Akhirnya, Lynette menerima pekerjaan itu dan bersiap menjalani hari pertama. Satu hari yang akan terkenang sepanjang ia bekerja di tempat itu. Pada hari pertama, setiap guru non-muslim akan diberikan pelatihan mengenakan jilbab. Setiap guru non-muslim yang ambil bagian umumnya tertawa melihat penampilan mereka. Tidak ada rasa tegang seperti yang dibayangkan sebelumnya. Suasana saat itu begitu mengalir dan santai.

Dari situ, Lynette melihat ada satu pelajaran penting, yakni masyarakat AS terjebak kesalahpahaman soal jilbab. Tak terasa, sudah satu tahun Lynette bekerja. Ia belajar banyak hal. Yang membuatnya terkesan, sebagian besar anak didiknya tahu banyak tentang agama Kristen.

"Aneh, bagaimana mereka tahu banyak? Mereka membuatku bertanya-tanya. Apakah memang saya seorang Kristen," kenang dia. Ia memang dibesarkan dalam tradisi Katolik. Tapi ia tidak mempelajari ajaran Kristen dengan baik. "Aku tahu, aku bukan orang yang baik," kata dia.

Meninggalkan sejenak kegundahannya, Lynette kembali menjalani aktivitas rutin. Seperti biasa, ia rapikan buku-buku anak-anak yang tergeletak dalam kelas. Sebelum merapikan buku itu, sejenak ia baca buku-buku tersebut. Ia menyadari isi dari buku tersebut begitu masuk akal. Banyak pertanyaan dalam dirinya terjawab. Ia menjadi begitu antusias membahas tentang ajaran Islam.

"Saya merasa telah menemukan apa yang saya cari," ungkapnya, seperti dilansir islamreligion.com. Ia mulai membaca Alquran. Usai membacanya, ia merasa bagaimana bisa kitab suci Alquran ini berasal dari Allah. Namun, semakin membaca ia mulai mengetahui jawabannya. "Alquran seolah dibuat untuk saya. Aku tak berhenti menangis," kata dia haru.

Setelah berbulan-bulan membaca dan berdiskusi, ia berpikir untuk menjadi muslim. Namun, ia belum terbiasa untuk berdoa secara langsung kepada Tuhan. Selama ini ia selalu berdoa kepada Tuhan melalui perantara. Keraguan itu mulai ditepisnya dengan ketakutan terhadap azab Tuhan.

Ia menangis. Karena yang ia butuhkan adalah Islam. "Pada waktu itu saya harus masuk Islam tidak ada keraguan lagi dari ajarannya," kata dia. Setelah mengucapkan syahadat, ia seolah lahir kembali. "Aku begitu dekat dengan Tuhan, dan Alhamdullilah, saya sangat beruntung," ucapnya.

Sumber: Republika Online- Dewi Mardiani-Agung Sasongko

Jamaah Haji Indonesia yang Wafat Menjadi 319 Orang

Hingga Selasa (6/11) siang, jamaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi sudah mencapai 319 orang.
Sebanyak 264 jamaah haji wafat di Tanah Suci, Makkah. Sisanya, 19 orang wafat di Madi
nah, 3 orang meninggal di Jeddah, 6 orang wafat di Arafah, 24 orang tutup usia di Mina, 3 orang di perjalanan.


Dari 309 jamaah haji yang wafat, sebanyak 175 di antaranya berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan perempuan sebanyak 134 orang.

Sebanyak 200 jamaah yang wafat berusia di atas 60 tahun. Sedangkan, yang berusia antara 50 hingga 59 tahun mencapai 82 orang. Sisanya jamaah yang berusia 40-49 tahun sebanyak 25 orang dan yang berusia kurang dari 40 tahun sebanyak dua orang.

Sebagian besar jamaah haji wafat saat dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), yakni mencapai 116 orang. Sebanyak 59 wafat di Rumah Sakit Arab Saudi, 89 orang wafat di pemondokan, 19 orang di perjalanan, tiga di bandara, 13 di BPHI Sektor, dan 10 jamaah wafat di Masjid.

185 jamaah wafat karena mengalami penyakit sistem pernafasan, yakni terkena serangan jantung. Sedangkan, 88 jamaah meninggal akibat penyakit sistem pernafasan.

Sumber: Sinhat-Haji Kemenag.(MCH/tengku ben)

Menyiasati Air Minum Selama di Tanah Suci

Di mana pun di Arab Saudi, air keran tidak aman untuk diminum. Air tersebut mengandung payau yang berasal dari lubang-lubang hasil pengeboran dan dibawa ke hotel-hotel dengan tangki-tangki. Air itu disimpan dalam sebuah tangki yang besar di atas hotel.

Di Arab Saudi, air minum harus dibeli dalam bentuk air kemasan dalam botol. Namun, bagaimanapun, air Zamzam tersedia gratis di Makkah dan di Madinah. Ini merupakan kesempatan bagi kita untuk meminum air Zamzam yang sangat bermanfaat itu sebanyak mungkin.

Jeriken-jeriken plastik dapat dengan mudah didapat serta bisa diisi dengan air Zamzam dan dibawa ke kamar. Teh dan kopi juga dapat dibuat menggunakan air Zamzam.

Air Zamzam hanya untuk minum (bukan untuk keperluan lainnya). Jangan membuat minuman teh atau kopi dengan menggunakan air Zamzam. Hal ini untuk menghormati air Zamzam.

Karena kondisi cuaca yang panas, penting bagi jemaah untuk banyak meminum air. Selama kondisi panas, pelepasan urine berkurang. Tubuh menghemat air sehingga urine (air seni)menjadi pekat. Tidaklah baik melepaskan urine yang terlalu pekat. Minumlah cukup banyak air sehingga urine menjadi jernih. Melepaskan urine yang jemih mengindikasikan hidrasi yang baik.

Es yang tersedia kadang kala tidak berkualitas baik. Orang-orang yang sembrono membuat es dari air payau atau dari campuran air payau dengan air minum untuk menghemat biaya. Hal ini dapat menyebabkan air payau mengontaminasi air minum dalam kemasan atau air Zamzam.

Meminum air payau dapat mengakibatkan sakit tenggorokan, keram perut, dan batuk. Hal ini diakibatkan iritasi pada tenggorokan. Jemaah sering meminum antibiotik karena menyangka sakit tenggorokannya disebabkan oleh infeksi.

Sebaiknya anda meminum air Zamzam langsung dari sumurnya di Haram al Syarif atau mengambilnya dari keran-keran yang tersedia di luar Haram al Syarif dan menampungnya dalam wadah-wadah air.
Air Zamzam yang tersedia di wadah-wadah penampungan di Haram al Syarif didinginkan di ruangan pendingin. Air Zamzam di sana tidak dicampur dengan es.

Di kelompok penampung air Zamzam terdapat satu penampungan yang tidak didinginkan. Tulisan Arab pada penampung mengindikasikan mana penampung air Zamzam yang tidak didinginkan. Jemaah yang tidak menginginkan air Zamzam dingin dapat mengambil air Zamzam dari penampung tersebut
taufik rachman/ hannan putra

Sumber: Republika

Haji Dalam Kilasan Sejarah

Setiap tahun puluhan juta umatIslam mendambakan dirinya pergi ke Tanah Suci (Makkah) untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan, saat ini sekitar empat hingga lima juta umat Islam dari berbagai negara di dunia sedang bersiap diri melaksanakan ibadah haji. 

Pelaksanaan ibadah haji telah diperintahkan oleh Allah SWT sejak zaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Dan, ibadah haji merupakan sebuah perjalanan ritual dalam menghayati hakikat hidup dan keimanan kepada Allah SWT. Demikian dikemukakan intelektual Muslim asal Iran, Ali Syariati, dalam bukunya, Al-Hajj.

Menurut Ali Syariati, ibadah haji adalah sebuah demonstrasi simbolis dari falsafah penciptaan Adam. Gambaran selanjutnya adalah sebuah pertunjukan akbar tentang hakikat penciptaan, sejarah, keesaan, ideologi islam, dan ummah.

“Allah adalah sutradaranya. Sedangkan, skenario atau temanya adalah tentang perbuatan orang-orang yang terlibat dan para tokoh utamanya adalah Adam, Ibrahim, Siti Hajar, Ismail, dan iblis. Adapun lokasinya di Masjidil Haram (Ka’bah), Mas’a (tempat sai), Arafah, Masy’ar, dan Mina. Simbolnya adalah Ka’bah, Safa, Marwa, siang, malam, matahari terbit, matahari tenggelam, berhala, dan upacara kurban. Pakaiannya adalah ihram dan aktor dari peran-peran dalam pertunjukan itu adalah umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji,” kata Ali Syariati.

Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai literatur mengenai ibadah haji dan umrah, pelaksanaan ibadah haji telah disyariatkan sejak zaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Adapun tata cara ibadah haji yang disyariatkan kepada para nabi dan rasul itu umumnya lebih banyak berkisar pada pelaksanaan tawaf atau mengelilingi Ka’bah. Berikut sejumlah tata cara ibadah haji yang dilaksanakan sejak zaman Nabi Adam AS hingga sekarang ini.

Nabi Adam AS

Setelah beberapa waktu sejak diturunkan ke bumi, Nabi Adam diperintahkan oleh Allah SWT pergi ke Baitullah di Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.

Menurut sejumlah riwayat, Ka’bah dibangun oleh para malaikat. Dan selama lebih dari 2.000 tahun, malaikat sudah melaksanakan tawaf (mengelilingi Ka’bah). Nabi Adam AS kemudian mengikuti apa yang dilakukan malaikat.

Ka’bah awalnya telah dibangun oleh malaikat. Kemudian, Nabi Adam AS diperintahkan untuk membangun kembali Ka’bah. “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah di Bakkah (Makkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali Imran [3]: 96).

Nabi Hud dan Saleh

Para nabi setelah Adam AS juga melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Ibnu Katsir dalam kitabnya, Bidayah wa an-Nihayah, menyebutkan sebuah riwayat Imam Ahmad bin Hanbal ra, Ibnu Abbas ra berkata, “Ketika Nabi SAW sedang lewat di Lembah Usfan pada waktu berhaji, beliau berkata, ‘Wahai Abu Bakar, lembah apakah ini?’ Abu Bakar menjawab, ‘Lembah Usfan.’ Nabi Bersabda, ‘Hud dan Saleh AS pernah melewati tempat ini dengan mengendarai unta-unta muda yang tali kekangnya dari anyaman serabut. Sarung mereka adalah jubah dan baju mereka adalah pakaian bergaris. Mereka mengucapkan talbiyah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah’.”

Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS

“Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di Baitullah (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang bertawaf dan orang-orang yang beribadah, dan orang yang ruku dan sujud. Dan, serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan’.” (QS al-Hajj [22]: 26-28).

Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk mengajak umat manusia mengerjakan ibadah haji ke Baitullah. Selanjutnya, nabi-nabi lainnya mengerjakan hal serupa.

Nabi Muhammad SAW

Ibadah haji disyariatkan pertama kali pada tahun keenam Hijriah. Sedangkan, Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji pada tahun kesembilan Hijriah.

Banyak ayat Alquran yang memerintahkan Nabi SAW dan umat Islam untuk melaksanakan haji, sebagaimana tuntunan Allah dalam Alquran (QS 3: 97, 22: 27, 2: 196, 9: 2-3, 9: 17, 9: 28, dan 22: 27).

Adapun tuntunan yang mesti dilaksanakan adalah tawaf (QS 22: 29 dan 2: 125), sai antara Safa dan Marwa (QS 2: 158), wukuf (QS 85: 3, 89: 2, dan 2: 198-199), berkurban (QS 89: 2, 22: 28, dan 22: 36), dan tahalul atau mencukur rambut (QS 48: 27, 2: 196, dan 22: 29).

Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka, barang siapa yang beribadah haji. (syahruddin el fikrie)

Pemerintah Rancang Kloter Khusus Lansia

Untuk mempermudah layanan terhadap jamaah calon haji lanjut usia (lansia), pemerintah mempertimbangkan adanya kloter khusus untuk lansia.

Menurut Muh Ilyas, Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah, sesuai evaluasi pasca-Armina bersama Menteri Agama Suryadharma Ali, untuk penyelenggaraan ibadah haji tahun mendatang, jamaah lansia tetap menjadi prioritas

dengan memberikan kuota lebih awal untuk mereka.

"Ada wacana untuk mengelompokkan para jamaah lansia itu dalam satu kloter khusus," ujar Ilyas saat ditemui di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah, Jumat (2/11). Ilyas mengatakan, jika kloter khusus ini akan diterapkan nantinya para jamaah calhaj lansia ini akan dikelompokkan dari setiap embarkasi.

"Memang membutuhkan teknis dan mekanisme tersendiri untuk mengumpulkan para jamaah ini," kata Ilyas. Hanya, lanjutnya, kendala yang akan muncul adalah mereka akan terpisah dari keluarga yang menyertai, terutama jika mereka tergabung dengan KBIH. Menurut Ilyas, pihaknya akan mempertimbangkan agar para jamaah lansia itu tetap disertai pendampingnya. "Mereka tidak akan dibiarkan sendiri," papar Ilyas.

Bagi dia, pengelompokan ini memang ada dampak positif dari sisi layanan karena memudahkan pemantauan pada jamaah lansia. "Namun perlu persiapan tenaga khusus untuk melayani jamaah lansia," kata dia.

Sumber: Republika Online-Dewi Mardiani-Endah Hapsari

Hakikat Melontar Jamarat

Mabit atau bermalam di Muzdalifah memberikan kesempatan kepada jamaah haji untuk beristirahat guna memulihkan tenaga. Kondisi badan yang fit sangat diperlukan sebab rangkaian kegiatan ibadah haji keesokan harinya sangat berat, yaitu melempar jumrah Aqabah di Mina.

Melempar jumrah adalah simbol perlawanan terhadap setan. Karena melawan setan tidak semudah membalik telapak

tangan, kita membutuhkan stamina dan kekuatan yang sangat besar untuk mengalahkannya. Karena itulah, sebelum melaksanakan ibadah apa pun kondisi tubuh kita harus sehat dan kuat.

Hikmah yang bisa kita petik dari kegiatan mabit di Muzdalifah adalah bahwa untuk dapat menjalankan ibadah secara baik kita harus menjaga kondisi fisik agar tetap prima. Karena itu, penulis akan menyediakan ruang tersendiri untuk membahas tentang persiapan apa saja yang harus dilakukan agar kesehatan fisik dan mental tetap terjaga.

Melempar jumrah adalah simbol perlawanan manusia terhadap setan. Manusia harus melakukan perlawanan kepada setan karena mereka selalu berupaya menyesatkan manusia dari jalan kebenaran dan menjauhkan mereka dari jalan Allah SWT. Melempar jumrah adalah simbol keteladanan Hajar yang menunjukkan sikap permu terhadap setan.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa sewaktu Ibrahim membawa Ismail untuk disembelih, setan membujuk Hajar agar menghentikan langkah suaminya itu. Sebagi seorang ibu, menurut setan, Hajar tidak akan sampai hati mengetahui buah hatinya dikorbankan. Perkiraan setan ternyata meleset. Bukannya menuruti bisikan setan, Hajar malah mengambil batu dan melemparinya berkali-kali.

Dalam ibadah haji, melempar jumrah tidak hanya dilakukan dalam satu hari melainkan tiga atau empat hari. Ini menunjukkan perintah Allah yang sangat tegas agar manusia benar-benar memusuhi setan dan tidak bersekutu dengannya. Panji-panji harus terus dikibarkan dan genderang perang melawan setan harus terus ditabuh.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya setan adalah musuh bagimu maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu). Sesungguhnya setan- setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir ayat 6).

Orang yang mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akhirat harus bisa menyelami sekaligus mempraktikkan makna dan nilai-nilai melempar jumrah, yaitu memusuhi setan hingga kapan pun. Setiap muslim terutama para jamaah haji yang telah pulang dari Tanah Suci harus mencontoh sikap Hajar dalam memerangi setan, sebab hanya dengan cara itulah kita akan sampai pada ridha Allah SWT.


Sumber: Republika Online-Panduan Super Lengkap Haji & Umrah, Oleh Aguk Irawan MN - Dewi Mardiani- Hannan Putra

Seorang jamaah haji melempar jumrah, yakni melempar batu pada pilar yang melambangkan setan di Mina dekat kota suci Makkah, Jumat (26/10). (Hassan Ammar/AP)

Apa Setelah Haji Mabrur?

Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA

Mampu melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci dan kembali dalam keadaan sehat wal afiyat merupakan dambaan dan cita-cita setiap kaum muslim.


Haji merupakan ibadah yang meniscayakan terkumpulnya tiga perkara: kecukupan dana, kesehatan jasmani dan rohani: serta tersedianya waktu/ kesempatan/momentum. Sehingga ketiga-tiganya hendaknya dipelihara dengan baik sejak dari masa keberangkatan hingga kepulangan.

Berbahagialah para jamaah haji yang dapat melaksanakan rukun Islam kelima dengan lancar dan khusu'. Selamat! Anda telah meraih haji mabrur, sehingga Allah SWT pada saatnya nanti insyaallah akan memenuhi janji-Nya dengan memberikan balasan berupa surga.

Namun, mabrurnya ibadah haji sesungguhnya bukan hanya terletak pada pelaksanaan, melainkan juga masa-masa sesudah pelaksanaan. Apakah konsistensi dalam beribadah, berdoa, dan bertawakal selama haji masih dilakukan pada saat pulang ke Tanah Suci?

Apakah hikmah yang didapatkan dalam ibadah haji memberikan pengaruf positif bagi ibadah-ibadah lainnya? Apakah pelaksanaan rukun Islam yang terakhir ini menjadikan jamaah semakin khusyuk dan paripurna dalam amal ibadah lainnya?

Secara umum, kualitas kemabruran haji dapat dinilai dalam beberapa hal. Pertama, konsistensi dalam memelihara niat yang baik dalam menjalani kehidupan yang lebih baik. Niat baik ini sama dengan niat haji yang semata-mata dilakukan karena Allah SWT dan bukan karena manusia. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat." (HR. Bukhari-Muslim).

Kedua, konsistensi memelihara diri dalam kesucian (ketakwaan) dan ketegaran. Dua pilar ini merupakan hasil yang didapatkan para hujjah setelah melakukan sa’i yang senantiasa dimulai dari Shafa (berarti kesucian) dan Marwa (ketegaran). Allah SWT berfirman, "Sungguh, Shafa dan Marwa merupakan sebagian dari syiar Allah." (QS. Al-Baqarah: 158).

Ketiga, konsistensi berada dalam lingkaran tauhid dan lingkaran ketuhanan dalam menjalani kehidupan. Sikap ini merupakan falsafah thawaf yang senantiasa berlomba-lomba berada dalam lingkaran ketuhanan bersama orang-orang saleh dan menyegerakan diri dalam kebajikan (QS. Al Hajj: 26).

Keempat, memiliki kemampuan yang besar dalam menjauhkan diri dari perbuatan buruk dan tercela, tidak mengulangi keburukan masa lalu karena hal tersebut merupakan salah satu tanda ibadah hajinya diterima Allah SWT (QS. Al-Maidah: 93).

Kelima, memiliki kemampuan yang besar untuk lebih zuhud dalam urusan dunia dan senantiasa mengharap kepada Allah dalam urusan akhirat. Hal yang sama telah dilakukan sepanjang perjalanan menuju medan haji, di medan haji dan proses kepulangannya ke Tanah Air. Allah SWT berfirman, "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ihlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (QS. Al-Bayyinah: 5).

Keenam, memiliki kemauan yang besar untuk lebih banyak memberi dan berbagi kepada karib kerabat dan masyarakat sekitar.

Hal tersebut karena disunahkan bagi yang selesai menjalankan ibadah haji antara lain: untuk memberi tahu jadwal kedatangan, memberikan hadiah kepada anak-anak dan kerabat, shalat dua rakaat di masjid sebelum tiba di rumah, menerima doa dan mendoakan karib kerabat serta tetangga yang mengunjunginya, dan banyak membantu kaum fakir-miskin. Wallahu a'lam.

Sumber: Republika Online-Chairul Akhmad