Payung Hidrolik Masjid Nabawi dan Khatam Alquran

 Alhamdulillah, saya dan suami diberi kesempatan oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji pada 2009. Pengalaman saat haji yang saya alami dan masih teringat hingga sampai saat ini yaitu ketika kami masih berada di Madinah.
                Suatu malam di pelataran Masjid Nabawi, usai shalat maghrib saya duduk bersebelahan dengan seorang wanita,kira-kira seusia ibu saya, 50 tahun lebih. Kami berkenalan dan berbincang. Beliau bercerita, setelah shalat isya beliau harus bersiap-siap meniggalkan kota Madinah menuju Makkah Al-Mukharromah. Tetapi, beliau merasa puas atas waktu-waktu yang yang dilaluinya selama tinggal di Madinah. “Alhamdulillah Dhe, malam ini saya sudah khatam tadarus Alquran 30 Juz selama di Maadinah.”
                Subhanallah, saya kagum   kagum atas cerita Ibu dari Madura ini. Beliau melanjutkan , Ba’da Isya saya harus berkemas menuju Makkah, Semoga disana bisa khatam Alquran lebih banyak .” Saya mendengarkan cerita Ibu Madura ini dnegan terpaku, membandingkan dengan apa yang sudah saya lakukan selama di Madinah tujuh hari ini, tilawah lima juz pun belum saya lalui.
                Saya dan suami yang merasa diberi kesempatan berhaji pada usia muda justru terkadang menghabiskan waktu tentang hal-hal yang tidak penting. Menunggu payung –payung hidrolik terbuka dan tertutup  adalah momen yang kami tunggu, sambil sesekali memotret dan merekamnya di kamera kami.”Buat cerita ke anak-anak dirumah.”kilah suami saya.
                Dan, saya semakin tersadar dengan kwtika pembingbing kami, Ustad Uud Chudori Lc, memberikan ceramahnya di maktab kami, “Gunakan waktu selama ibadah haji ini seefektif mungkin . Jangan mencari pengalaman –pengalaman bersifat fisik saja, tapi carilah pengalaman-pengalaman ruhiah (spiritual) yang membuat kita merasa nikmatnya beribadah kepada Allah di Tanah Suci ini.”tuturnya.
                Menyaksikan gerakan payung-payung hidrolik , mengamati orang berlalu lalang, mengagumi pintu masjid yang indah dan kokoh, memegang halusnya kain kiswah penutup Ka’bah, apalagi berburu warung makan dan oleh-oleh, bagi saya adalah pengalaman fisik. Sedangkan, menangis merenungi dosa dan kekurangan diri , merasakan getar kerinduan bertemu Rasulullah SAW , mensyurkuri nikmat Allah yang mengizinkan hadir di rumah-Nya adalah bagian dari pengalaman ruhiah.
                Begitu pula dengan melantunkan doa-doa panjang untuk diri sendiri , keluarga, kerabat, dan kemuliaan umat, melaksanakan shalat wajib serta sunah dengan kekhusyukan  yang mas=ksimal. Dan, tentunya juga seperti yang dilakukan ibu dari Madura tadi, yang bertekad tadarus Alquran sebanyak-banyaknya.
Toh, sebenarnya  sebenarnya tilawah Alquran satu juz hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Bila bacaan 30 juz bisa diselesaikan dalam waktu sembilan hari. Berarti hanya membutuhkan waktu 2,5 hari jam sehari untuk membaca Alquran. Sangat mudah, asal disertai kesungguhan niat.” Sebaik-baik dzikrullah adalah membaca Alquran,” demikian pesan dari ulama salama fusholeh.
Kepada jamaah calon haji yang akan berangkat, niatkan untuk bisa khatam membaca Alquran sebanyak-banyaknya selama di Tanah Haram dan itu bisa dilatih mulai dari sekarang selagi masih berada di Tanah Air. Selama Beribadah Haji.               

Sumber:Republika/- ed:budi raharjo

Tujuan Syariat Haji

Assalamu’alaikum wr wbDalam waktu dekat ini saya akan memenuhi kewajiban ibadah haji saya, tetapi terasa menjadi beban rasanya jika perjalaan saya ke tanah suci sekedar untuk memenuhi kewajiban saja. Untuk memantapkan ibadah saya agar mendapatkan kemabruran, mohon dijelaskan tujuan syariat ibdah haji dlam islam. (Reza Abdul Jabbar-Bekasi)

Wa’alaikumsalam 

“ Dan, seluruh manus
ia untuk mengerjakan haji , niscaya mereka akan datang kepadamu berjalan kaki atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka yang datang dari segenap penjuru.” {QS AL-HAJJ [22]:77}.
Al-Thahir ibn Asyur dalam tafsirnya, Al-tahrir wa al-tanwir, ketika menafsirkan ayat di atas menjelaskan maqashid syari’ah al-hajj (tujuan syariat haji) bahwa pada awalnya makna kosakata haji adalah menyengajakan diri mengunjungi Baitullah (Ka’bah). Dalam perkembangannya, makna ini berarti medatangi Masjidil Haram untuk menunaikan manasik haji dan diantara tujuannya adalah menimba dan mengokohkan akidah dalam bentuk musyahadah (menyaksikan secara langsung) bangunan yang didirikan untuk dijadikan simbol tauhidullah (menesakan penghambaan hanya untuk Allah) yang pada akhirnya akan memantapkan keyakinan tauhid orang yang menyaksikannya secara langsung. Karena, tabiat dasar logika manusia hanya dapat meyakini sesuatu yang abstrak jika sudah diwakili oleh simbol yang dapat terindra.



Pada awalnya, Ibrahim as sempat ragu dengan kemampuannya menerima amanah untuk menyeru seluruh manusia dari seantero penjuru dunia karena seakan mustahil tanpa perangkat komunikasi dan pemasaran yang memadai tetapi ia harus menyeru manusia semua untuk menuju datang ke Baitulah yang ia tinggikan dengan tangannya dan putranya, Ismail as. Tetapi, setelah Allah menegaskan bahwa tugas Ibrahim as hanya menyeru dan tugas Allah menyampaikan pesan seruannya ke seluruh hati orang yang Allah kehendaki untuk mendengarnya maka Ibrahim tanpa ragu menyambut perintah dan amanah Allah. Saat ini kita dapat kelangsungan seruan yang seakan tidak pernah berhenti menggema di dalam hati orang-orang beriman yang telah dikehendaki Allah untuk mengunjngi Bait-Nya.



Dalam talbiah, tersirat pula maksud dan tujuan perjalanan haji yang dapat memperkokoh ibadah kita. Labbaik allahumma labbaik, innal hamdah wan ni’mata laka wal mulk, laa syariikalak.... (kami sambut seruan-Mu ya Allah, kami smbut seruan-Mu bahwa tiada sekutu bagi-Mu dalam sesembahan, sungguh segala puj dan ouji, seluruh nikmat adalah milik-Mu). 



Ibadah haji juga erupakan undangan langit dari Yang Maha Pengasih agar para tamu-Nya (dhuyufur rahman) dapat menyaksikan dan merasakan rahmat-Nya, kemudian berbagi rahmat Allah dengan penuh cinta kepada yang lain sambil terus mengagungkan dan menyebut nama-Nya.



Allah Ta’ala berfirman, “Agara mereka menyeksikan berbagi manfaa untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka, makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir (QS al-Hajj [22]:28).



Salah satu faktor terpenting untuk dapat menjumpai Allah di rumah-Nya dan menjadi tamu-Nya yang akan mendapatkan ampunan dan syurga-Nya adalah datang dengan tanpa kotoran lahir dan batin., dalam keadaan telah menunaikan janji-janji kepada-Nya, serta melakukan tawaf.



Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, mmenyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah). {QS Al-Hajj [22]:29}.



Di antara syariat tujuan haji lainnya adalah menyempurnakan keislaman diri. Sebagai rukun islam yang kelima, ibadah haji adalah penyempurna keislaman seseorang setelah benar syahadat, shalat, zakat, dan puasanya. Ibadah haji akan kehilangan makna jika dilakukan oleh orang yang cacat syahadat, rukun islam, serta rukun imannya. Wallahu a’lam bish shawab.



Sumber. Republika- Ustaz Bachtiar Nasir

Arti Masyair Muqaddas

Tanya: 
Assalamualaikum wr wb. Ustadz, apakah artinya Masyair Muqaddas? Benarkah jamaah haji wajib mengunjungi tempat tersebut? (Hassanudin, Cibitung, Bekasi)

Jawab :
Masyair Muqaddas adalah tempat-tempat suci, seperti Mina, Muzdalifah, dan Arafah. Jamaah haji mesti mengunjungi tempat tersebut karena ritual ibadah haji yang mesti dilaksanakan ditempat tersebut. 
Mina sering 
disebut “Muna” adalah bentuk dari jamak dari “al-munyah” yang berarti keinginan atau harapan. Arti lain dari kata Mina adalah mengucurkan darah. Mina adalah jalan lembah yang disinggahi oleh jamaah haji untuk melempar jumrah. Dinamakan Mina lantaran darah dialirkan padanya.



Ibnu al-Arabi mengatakan, orang-orang datang ke Mina dan Allah menjadikan sesuatu yang diinginkan, dia menakdirkannya, dan hal itu di namakan Mina. Ibnu Syumail mengatakan, disebut Mina karena domba jantan (kibas) disembelih di sana.



Muzdalifah, yaitu tempat jamaah haji diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah pada malam hari. Muzdalifah disebut juga dengan Jama’ (perkumpulan). Dinamakan demikian karena orang-orang yang berhaji berkumpul di sana.”



Arafah disebut juga al-Masy’aril al-Haram, al-Mas’yar al-Aqsa, dan llal ‘ala Wazn Hilal. Gunung yang terdapat di tengahnya adalah Jabal Rahmah. Dinamakan Arafah karena Jibril pernah memperlihatkan manasik kepada Ibrahim. Ibrahim lalu berkata “Araffu, araffu (aku telah tahu).” Sebab itulah dinamakna Arafah.



Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang berada di Arafah sebelum terbit fajar , niscaya telah mendapatkan haji.” Dalam riwayat yang disampaikan dari Ibnu Abbas , Rasulullah bersabda “Siapa saja yang menyaksikan shalat kami ini , lalu wukuf bersama kami hingga kami selesai , dan dia pernah melakukan wukuf sebelum itu di Arafah pada waktu malam atau siang hari , berarti telah sempurna haji dan ibadahnya.’ (HR Imam Ahmad, hadis ini dinyatkan Sahih oleh at-Tarmidzi).
Wassalamualikum wr wb.



Sumber: Republika- Ustadz Erik Yusuf

Armina Siap Terima sekitar 3 Juta Jamaah Haji

Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Syaerozi Dimyathi, mengatakan, persiapan Puncak Haji 1433H telah rampung 100 persen. Seluruh fasilitas di Arafah, Muzdalidah, dan Mina sudah siap menerima sebanyak 194 ribu jamaah calon haji Indonesia.

‘’Kita telah berkoordinasi dengan pihak maktab untuk penempatan dan naqobah untuk transportasi jamaah,’’ ujar Syaerozi kepada MCH, di sela-sela acara malam perkenalan petugas haji dengan Amirul Haj di Qasr Tayyamuz, Jabal Nur, Makkah, Kemarin.

Terkait tenda-tenda jamaah untuk wukuf di Arafah, kata Dimyathi, telah siap 100 persen. Pihaknya, membantah adanya kabar yang menyebutkan jumlah tenda untuk jamaah haji Indonesia berkurang 40 buah.

‘’Yang kurang itu tenda untuk petugas, bukan untuk jamaah. Namun, kita sudah minta agar tenda untuk petugas kembali ditambah, karena tak akan mampu menampung kalau dikurangi,’’ papar Syaerozi.

Tenda yang disiapkan untuk jamaah, kata dia, terdiri dari dua macam. Tenda yang besar mampu menampung 10 orang dan tenda agak kecil menampung delapan orang. Pihaknya meminta agar jamaah tak merusak atau mencorat-coret tenda yang dipakai saat wukuf di Arafah atau yang disediakan di Mina. ‘’Kalau dicorat-coret, nanti kementerian dari Arab Saudi akan meminta ganti rugi.’’

Berdasarkan pantauan MCH di Arafah, seluruh tenda untuk jamaah haji telah terpasang. Jamaah haji Indonesia akan menempati 71 maktab. Menteri Agama meminta agar kenyamaan tenda-tenda jamaah di perhatikan.

‘’Penempatan jamaah di tenda harus proporsional jangan sampai melebihi kapasitas,’’ kata Suryadhrma. Hal itu, kata dia, akan membuat jamaah tak nyaman dan bisa mengganggu kesehatan jamaah.
Sumber: Haji-Kemenag-MCH

Misteri HAJAR ASWAD

Bismillahirrahmannirahim,

Neil Amstrong telah membuktikan bahawa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.

Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata : “Planet Bumi ternyata tergantung di ruang yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?.”

Para astronaut telah menemukan bahawa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara rasmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayangnya 21 hari kemudian laman web tersebut ghaib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan laman web tersebut.

Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berakhir), hal ini terbukti ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahawa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu ruang yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, bererti apabila kita mengeluarkan kompas di ruang tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali kerana daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sihat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan graviti. Oleh sebab itulah ketika kita mengelilingi Ka’bah, maka seakan-akan diri kita dicaj semula oleh suatu kuasa misteri yang menyebabkan kita bertenaga ketika mengelilingi kaabah dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga boleh terapung di air. Di sebuah muzium di negara Inggeris, ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’bah) dan pihak muzium juga mengatakan bahawa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem suria kita.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda,

“Hajar Aswad itu diturunkan dari syurga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam". (Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877) )

Wallahu a'lam bishawab,

Doa Haji Guru Honorer

Setiap muslim pasti ingin menyempurnakan rukun islam yang kelima,yaitu beribadah haji. Itupula yang menyelimuti perasaan seorang guru honor disebuah sekoah SMP swasta di bilangan Jakarta timur. Karena begitu kuatnya keinginan itu, pada 1995, sang guru pun mengikrarkan diri untuk bisa menunaikan ibadah haji. Tak main-main, ikrar itu di ucapkan ketika sang guru menikah. Dia in
gin berangakat ke tanah suci bersama istrinya. Niat itu diperkuat lagi ketika kelahiran putri pertama pada tahun1996 dengan memberinya nama, Shafa. Tentu,ini dengan harapan bahwa mereka kelak bisa melakukan sai antara bukit Shafa dan Marwah.



Saat tu ibadah haji atau umrah mungkin merupakan suatu yang mustahil bagi seorang guru honorer,karena biaya yang cukup mahal yang hanya bisa dijangkau oleh orang-orang mapan secara ekonomi. Namun berkat niat kuat serta doa yang hampir selalu di panjatkan seusai setiap shalat lima waktu. Allah memberikan jalan yang tak di sangka-sangka. Atas kebaikan hamba Allah, guru honorer itu dapat melakukan haji kecil atau umrah secara gratis pada tahun 1998.Semua biaya di tanggung salah seorang dermawan. Padahal, pada waktu itu Indonesia sedang dihantam krisis, sehingga biaya ke Tanah Suci melonjak empat atau lima kali. Hanya kemurahan Allah, justru pada saat orang mengurangi pergi keluar negeri, guru ini berkesempatan umrah. Selama di Tanah Suci, sang guru tak lepas dari doanya. “Ya Allah, berilah kesempatan kepada kami, keluarga kami, dan saudara- saudara kami untuk dapat melakukan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah.”



Syukur atas rezeki yang luar biasa tak terduga menjadikan guru ini lebih semangat dalam bekerja dan berdoa. Satu hal yang tidak pernah dilupakan adalah menyisihkan sebagian rezeki untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan atau lembaga sosial. Jumlahnya 2,5% dari setiap rezeki yang diperolehnya tanpa menunggu nisab atau hal tertentu.





Sepuluh tahun setelah umrah, Allah pun
 memberi jalan kepada sang guru, istri dan bapak mertuanya yang telah berusia 80 tahun untuk beribadah haji. Ada rasa kekhawatiran yang tinggi karena membawa orang tua dengan katagori risti (resiko tinggi). Namun iya meyak ini bakti kepada orang tua ini akan selalu di ridhai Allah SWT. Shubhanallah, saat di tanah suci berbagai kemudahan di temuinya. Seperti pemondokan yang dekat dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Bahkan, salah seorang mukmin di Makkah dengan ikhlas meminjamkan kursi roda secara gratis. Berkat kursi roda tersebut ia dapat mengajak orang tuanya mengerjakan rukun haji. Selain itu ketika di Makkah ia bertemu guru Sekolah Indonesia Makkah (SIM). Ia lantas meminta bantuan guru SIM itu untuk membadalhajikan ibu mertuanya. Alhamdulillah, guru SIM itu hanya sedikit meminta uang hanya sebagai pengganti transport. Akhirnya ia pun mampu mewujudkan doanya ke tanah suci bersama keluarganya.


Sumber: Republika- Budi Raharjo (H.Uswadin, Berlan, Matraman ,Jaktim

Jamaah Haji Bergerak ke Arafah

MAKKAH -- Rabu (24/10) ini, jamaah calon haji Indonesia akan mulai bergerak dari pemondokan menuju Arafah. Keberangkatan jamaah dari pemondokan ke Arafah akan dibagi ke dalam tiga gelombang. Pemberangkatan jamaah gelombang pertama menuju Arafah dimulai pada pukul 07.00 waktu Arab Saudi (WAS).

Gelombang kedua akan diberangkatkan setelah Zuhur dan gelombang ketiga akan berangkat ke Arafah setelah Maghrib. Pembagian jam keberangkatan jamaah ke Arafah ditentukan oleh para ketua kloter dengan berkoordinasi dengan maktab. ‘’Setiap maktab akan mendapatkan 18 sampai 20 bus,’’ ungkap Kepala Seksi Transportasi Daerah Kerja Makkah, Denny Kusdyan, Senin (23/10) malam.

Secara keseluruhan total bus yang disediakan untuk mengangkut jamaah haji Indonesia pada puncak haji – Arafah, Muzdalifah, Mina dan Makkah – mencapai 2.041 unit.  Bus-bus itu dibagi berdasarkan maktab.  Setiap rute perjalanan jumlah bus yang disediakan telah disesuaikan dengan kebutuhan.

Kepala Daerah Kerja Makkah meminta agar seluruh jamaah haji yang akan berangkat Arafah berpatokan kepada jadwal yang telah disepakati oleh ketua kloter dan maktab. Pihaknya meminta agar jamaah tak menunggu di trotoar depan rumah sebelum ada pemberitahuan waktu keberangkatan.

‘’Jamaah juga kita minta bersabar dan tak berebutan. Karena jumlah bus yang disediakan akan mengangkut semua jamaah,’’ tutur Arsyad. Pihaknya juga meminta kepada petugas pengendali transportasi, petugas sector, dan kloter bekerja sama untuk berkoordiansi dengan pihak maktab untuk memastikan jadwal kedatangan dan keberangkatan bus.

Menteri Agama yang juga Amirul Haj, Suryadharma Ali, meminta agar petugas transportasi mencermati waktu keberangkatan jamaah dari pemodokan ke Arafah. Ia meminta agar jamaah jangan sampai tiba di Arafah pada tengah malam.

‘’Karena itu pastikan sebelum tengah malam jamaah semuanya sudah tiba di Arafah, hal itu penting agar jamaah tak kelelahan,’’ tutur  Suryadharma Ali. Pihaknya juga meminta agar jamaah membawa  makanan ekstra seperti kurma untuk menjaga adanya keterlambatan.


Sumber: republika

Rukun Haji Paling Utama : Wukuf di Arafah

JEDDAH – Wukuf di Arafah merupakan “rukun haji yang paling utama dan tidak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amalan yang lain”. Beribadah haji tanpa wukuf di Arafah tidak sah hajinya atau batal hajinya.

 Sebagaimana ditegaskan oleh Rasullullah SAW dalam salah satu hadits:
“Haji adalah ‘Arafah, barangsiapa datang pada malam perkumpulan sebelum terbitnya fajar, maka sesungguhnya dia telah menemukan Haji“ (Abu Dawud dan yang lainnya)


Persiapan wukuf dilaksanakan sejak tanggal 8 Dzulhijjah, seluruh jamaah haji berangkat menuju ke Arafah dengan berpakaian ihram dan niat untuk haji dari pemondokan di Makkah. Pada malam hari seluruh jamaah haji telah berada di Arafah dan memperbanyak dzikir, berdo’a, dan membaca al-Qur’an. Pelaksanaan wukuf dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai setelah zawal (tergelincir matahari) sampai terbit fajar tanggal 10 dzulhijjah.

Sebagai ibadah badaniah (ibadah fisik) pelaksanaan wukuf lebih fleksibel dari ibadah lainnya, jamaah haji yang melaksanakan wukuf tidak disyaratkan suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Pada saat melaksanakan wukuf disunahkan untuk memperbanyak dzikir, berdo’a, tafakkur dan tadabbur, serta membaca al-Qur’an.

Berdoalah yang baik-baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Berbicara atau berbincang-bincang tidak dilarang sepanjang tidak membicarakan yang kotor, berdebat atau bertengkar. Pada hari wukuf (yaumil ‘Arafah) tanggal 9 Dzulhijjah, disebut yamuil barakah, yaumil ijabah, karena pada hari itu Allah akan mengabulkan do’a dan permohonan hamba-Nya (jemaah haji).

Oleh karena itu disarankan berdo’a yang baik untuk kebaikan dan keberkahan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Tidak dibenarkan berdo’a yang jelek (negatif), karena akan membawa kemudharatan bagi diri sendiri.

Pelaksanaan wukuf diawali dengan khutbah wukuf oleh pembimbing ibadah atau ulama/kyai, kemudian shalat dzuhur dan ‘ashar jama’ taqdim dan diqashar, baik berjamaah atau munfarid (sendiri), diakhiri dengan do’a wukuf. Selanjutnya masing-masing jamaah haji dipersilakan untuk memperbanyak istighfar, berdzikir, berdo’a, dan membaca al-Qur’an.

Untuk menyempurnakan pelaksanaan wukuf dan terhindar dari hal-hal yang membatalkan wukuf, jamaah haji diharapkan menghindari seluruh larangan ihram, seperti:

• berpakaian yang berjahit dan memakai penutup kepala yang melekat di kepala
• memakai sepatu yang menutup mata kaki (bagi laki-laki) • memakai wangi-wangian, memotong atau   mencabut rambut, memotong kuku
• menutup muka dan memakai sarung tangan (bagi wanita),
• memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan di tanah haram, berburu binatang darat
• bercumbu atau berhubungan badan antara suami isteri, serta 
• melaksanakan akad nikah dan meminang.

 Catatan:
 Agar wuquf kita sah:

 • Pertama, Wuquf haruslah masuk dalam rentang waktu antara Dzuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai fajarnya hari Nahr (korban). Artinya, kalau wuquf dilakukan sebelum atau sesudah rentang waktu tersebut maka tidak dianggap Haji. Dalam Wuquf ini sudah dianggap sah kalau memang sudah menemukan sedikit waktu dari rentang waktu di atas, akan tetapi yang lebih baik adalah menggabungkan (menemukan) waktu siang dan malam, lalu kalau memang Hujjaj keluar meninggalkan ‘Arafah sebelum matahari terbenam, maka sunah baginya menyembelih hewan Dam, namun hal ini tidaklah wajib, karena dia telah bertentangan dengan apa yang telah dilakukan oleh RasulullahSAW.
• Kedua, Wuquf harus masih berada dalam zona ‘Arafah dimana berada, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim dalam hadist shahihnya: “Perhatikan, disinilah aku wukuf dan seluruh ‘Arafah adalah tempat (berwuquf)“
 Sumber :jurnalhajiumroh.com

Shalat di Masjid Jin

“Ternyata, sama saja dengan masjid lainnya. Tempat shalat,” itulah komentar Mappaewa, jamaah calon haji dari kloter 1 Makassar, usai mengunjungi masjid Jin. Masjid ini memang tidak sehebat kisahnya. Masjid Jin terletak di jalan Sulaimaniyah, Makkah.

Bangunannya seperti masjid biasa pada umumnya. Dari sisi arsitektur pun tidak ada yang spesial. Masjid ini diapit oleh masjid-
masjid besar. Posisinya tepat dipinggir jalan raya. “Hari ini, kami bersebelas memutuskan untuk tak shalat di Masjidil Haram, tapi di Masjid Jin ini.” kata Mappaewa.



Ia sangat penasaran untuk mengunjungi masjid itu karena membaca kisahnya lewat buku sejarah. “Saya pernah dengar masjid ini pernah akan dibongkar dan di tolak para jin,” tutur Mappaewa. Ia mengaku tidak melihat sesuatu yang aneh di masjid Jin. ”Saya juga pernah shalat subuh disini.”



Masjid yang bermenara satu ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama untuk shalat jamaah pria. Jamaah wanita disediakan tempat shalat di lantai kedua yang luasnya hanya sepertiga lantai pertama. Masjid Jin hanya mampu menampung 150 jamaah. Masjid Jin terletak di kampung jin. “Di kampung ini banyak tinggal orang-orang yang berasal dari Indonesia,” ungkap Zaini, seorang mukimin.



Lantas apa yang spesial dari masjid Jin ? Tentunya ada sejarahnya. Masjid Jin merupakan salah satu tempat bersejarah di Tanah Suci, Makkah. Jin seperti halnya manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT untuk beribadah. ” Tidaklah kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”(Adz-Dzariyat[51]:56).
“Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin mendengarkan Alquran. Lalu mereka berkata, ’Sesungguhnya, kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Karena itu, kami memercayainya dan kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan siapapun juga.”(QS Jin [72] ayat 1-2).



Menurut catatan sejarah, suatu Rasul SAW bersama para sahabat sedang melaksanakan shalat subuh. Ketika itu, Rasul membaca surah Ar-Rahman (55) ayat 1-78. Dalam surah Ar-Rahman ini terdapat beberapa ayat yang berbunyi, “Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Saat ayat itu dibacakan, para jin yang hadir saat itu langsung menjawab, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikitpun. Segala puji hanya Bagi-Mu yang telah memberi nikmat lahir dan batin kepada Kami."


Ibnu Mas’ud mengaku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Aku didatangi juru dakwah dari kalangan jin. Lalu kami pergi bersamanya dan aku bacakan Alquran kepada mereka.”



Masjid Jin merupakan saksi keimanan para jin terhadap kerasulan Nabi Muhammad SAW. Alkisah, para jin berencana menuju Tihamah. Mereka lalu mendengar lantunan ayat suci Alquran. Para jin itu takjub saat mendengarkan lantunan Alquran. Saat itulah para jin berdialog dengan Rasulullah. Mereka kemudian menyatakan keimanannya. Mereka kemudian menyampaikan hal itu kepada kaum jin. Para jin lalu berbaiat kepada Rasulullah SAW. Peristiwa itu diabadikan dalam Al-Quran surah Al-Ahhqaf [46]:29-32.



Subhanallah meskipun secara arsitektur tak ada yang istimewa dari masjid Jin, ternyata nilai sejarahnya begitu luar biasa. Satu lagi, tempat bersejarah yang dulu diajarkan dibangku sekolah akhirnya bisa saya kunjungi di Tanah Suci. Alhamdulillah.




■ Sumber: Republika- Heri Ruslan

Mekkah Diguyur Hujan

Jamaah calon haji Indonesia diminta mewaspadai perubahan cuaca esktrem yang terjadi di Kota Makkah, Arab Saudi. Ahad (21/10) sore, secara tiba-tiba Kota Makkah diwarnai hujan ringan. Sebelum hujan turun, suara petir sempat menggelegar.



‘’Perubahan cuaca yang tiba-tiba ini harus diwaspadai para jamaah,’’ ungkap dr Ramon Andrias SpOK, dokter yang bertugas di Kantor Misi Haji Indonesia Makkah kepada Republika Online. Menurut dia, hujan pertama yang turun tak bagus untuk kesehatan. Jamaah diimbau agar menggunakan masker, karena hujan yang turun pertama kali akan menghasilkan debu. ‘’Waspadai munculnya gangguan pernapasan, misalnya pilek dan batuk,’’ papar Ramon. Jamaah juga diimabu untuk menjaga pola makan dan membatasi aktivitasnya menjelang wukuf di Arafah.



Hujan Kedua



Warga Kota Makkah menyambut turunnya hujan, Ahad (21/10). Hujan ringan yang membasahi Tanah Suci itu merupakan yang kedua pada tahun ini. ”Alhamdulillah, ini adalah hujan kedua yang turun pada tahun ini,” ungkap Zaini Haji Abdul Hannan, seorang mukimin kepada Republika Online, Ahad (21/10) sore.



Hujan yang pertama, kata dia, turun pada Januari lalu. ”Beruntung tahun ini hujan turun lagi di musim haji. Suhu udara menjadi lebih dingin,” papar Zaini. Hujan ringan mewarnai kota Al Mukaromah, Ahad (21/10) sore. Hujan rintik-rintik yang terjadi sekitar pukul 16.30 itu tak berlangsung lama. Hujan ditandai dengan suara petir yang menggelegar.



Setelah hujan rintik-rintik, angin kencang melanda kota Makkah. Berdasarkan pantauan MCH, di kawasan Syisyah angin cukup kencang. ”Beginilah hujan di Arab,” kata seorang mukimin. Jamaah perlu mewaspadai perubahan cuaca ini. Suhu udara kota Makkah yang biasanya panas kini mulai menurun.



Ahad (21/10), suhu rata-rata kota Makkah mencapai 36 derajat celcius. ”Suhu tertinggi mencapai 38 derajat celcius,” ungkap dr Ramon Andrias SpOK, dokter yang bertugas di kantor Misi Haji Indonesia, Makkah. Meski begitu kelembaban kota Makkah masih mencapai 28 persen. Itu beberti kandungan air dalam udara masih sangat rendah.


Sumber: Sinhat-Haji-Kemenag-(MCH/heri ruslan)

Berhaji dari Hasil Sangkar Burung

                Abdullah menunaikan ibadah haji dari hasil menjual sangkar burung. Itu ia usahakan sejak 1995. “ Insya Allah, saya berangkat tahun ini kloter 24. Apa yang saya cita-citakan akhirnya tercapai.” Kata warga Natar, Kabupaten  Lampung Selatan berusia 45 tahun itu di Bandar Lampung, Selasa (2/10).

            Ia selalu menceritakan awal membuka usahanya tu. Semula, kata dia, terpikirkan takkan mampu menopang biaya untuk melaksanakan ibadah Haji dari hasil usaha berdagang sangkar burung. “ Ketika itu saya sangat susah . Jangankan mau berfikir untuk  menunaikan ibadah haji, mendapatkan uang untuk bisa  makan esok saja sudah bagus.”ujar dia.

            Abdullah memnberanikan diri terjun menekuni  usaha itu setelah dia diputus kerjakan oleh pabrik bantaran kereta  api tempatnya dulu bekerja. “Dari situ saya mulai menyerut helai demi helai bambu, untuk saya jadikan sangkar burung.”Kisahnya.

            Sejak itu , dia mulai menekuni usaha tersebut. Namun dalam perjalanannya ia pernah mengaku mendapatkan cemoohan dari orang lain, “ Saya di-anggap bermimpi menjadi orang sukses dengan hanya menjual sangkar burung,”ujarnya.

            Namun, hasil kerjanya ternyata benar-benar berbuah manis. Semula hanya satu buah kios sangkar burung yang berdiiri di tepi jalan Lintas Sumatra di Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, kini daerah tersebut sudah menjadi sentra perajin sangkar burung.

 Dia mengakui , dalam sebulan bisa meraih omzet berjualan sangkar burung antara Rp 200jt hingga Rp 500 jt per bulan. Para pelanggan yang berdatangan dari berbagai Provinsi .” Disini memang sangat strategis untuk mengembangkan usaha kerajianan seperti sangkar burung.” Kata Abdullah lagi, seperti dikutip Antara.

Jumat (5/10) mendatang, Abdullah. Perajin sangkar burung asal Natar Lampung ini akan segera diterbangkan ke Tanah Suci untuk melaksanakan Ibadah Haji. Dia berdoa menjadi haji yang mabrur dan segera dapat pula memberangkatkan isri beserta ketiga anak-anaknya dari hasil berdagang sangkar burung.               
                                                                                                     
  Sumber: Republika- burhanudin bella

Dana Talangan Haji

Assalamu’alaikum wr wb

Sekarang ini, banyak bank syariah menawarkan konsep dana talangan haji kepada nasabahnya yang ingin cepat mendapatkan porsi haji. Bolehkah kami berhaji dengan alasan untuk mempercepat kuota, sementara dana kami belum mencukupi untuk berangkat haji? (Rasima Hadra-Bayuwangi)

Wa’alaikumsalam wr wb

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yai
tu (bagi) orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah... (QS: Ali Imran [3]:97). Dalam ayat tersebut di atas, Allah SWT menegaskan bahwa kewajiban haji hanya bagi mereka yang mapu dan sanggup melakukan perjalanan ke Baitullah. Maksud dari kata “istitha’ah’ dalam pelaksanaan ibadah haji adalah kemampuan memenuhi biaya perjalanan ibadah haji ke Baitullah, biaya selama perjalanan, biaya nafkah keluarga yang ditinggalkan, mampu secara fisik, keamanan dalam perjalanan, dan bagi wanita adanya suami atau mahram yang menemaninya dalam perjalanan.



Berdasarkan hal di atas, maka bagi umat Islam yang tidak termasuk memiliki kemampuan (istitha’ah) tidak diwajibkan menunaikan ibadah haji. Bagi mereka yang tidak memiliki penghasilan tetap atau tipe orang tidak memiliki disiplin kuat untuk membayar utang dengan tepat waktu, dianjurkan tidak berutang karena dengan itu ia telah membebani dirinya dengan utang itu untuk sesuatu yang tidak diwajibkan kepadanya. Tetapi, jika dia berutang kemudian melaksanakan haji, hajinya sah karena istitha’ah adalah syarat wajib haji bukan syarat sah haji.



Dana talangan haji adalah pinjaman (al-qardh) yang diberikan oleh Lembaga Keungangan Syariah kepada nasabah untuk menutupi kekurangan setoran haji agar dapat memproleh kursi haji pada saat pelunasan Biaya Pelaksanaan Ibadah Haji (BPIH). Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan sejumlah uang yang dipinjam itu dalam jangka waktu tertentu. Lalu, Lembaga Keuangan Syariah tersebut menguruskan pembiayaan BPIH berikut berkas-berkas sampai nasabah tersebut mendapatkan kursi haji. Atas jasa pengurusan tersebut, Lembaga Keuangan Syariah memperoleh fee berdasarkan akad ijarah (sewa) yang besarnya tak didasarkan pada jumlah dana yang dipinjamkan.



Meskipun Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI membolehkan praktik dana talangan haji ini dalam fatwanya, ada beberapa syarat dan ketentuan dalam fatwa tersebut yang harus diperhatikan agar jangan sampai dana talangan haji itu menjadi riba yang diharamkan oleh Allah SWT. Di antara syarat dan ketentuan itu adalah :
- Jasa pengurusan haji yang dilakukan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.
- Besar imbalan jasa al-ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.
Dalam praktiknya, apakah LKS mau meminjamkan uang kepada nasabah untuk menutupi kekurangan setoran ongkos haji nasabah, sedangkan nasabah itu tidak menguruskan hajinya di LKS tersebut? Maukah LKS atau bank hanya meminjamkan uang dan hanya menerima sejumlah uang yang dipinjam nasabah tanpa ada keuntungan?
Jika pihak bank yang memberikan dana talangan haji mensyaratkan kepada nasabah untuk menguruskan berkas-berkas hajinya pada LKS tersebut sampai ia mendapatkan jatah kursi haji dan ada sejumlah keuntungan yang mengikutinya, hal itu pada hakikatnya adalah riba yang diharamkan oleh Allah SWT.



Sesuai dengan kaidah yang disepakati berdasarkan hadits Nabi SAW. Setiap pinjaman yang membawa manfaat (bagi pemberi pinjaman) adalah riba. Praktik ini juga bertentangan dengan hadits Nabi SAW. Dari Abdullah bin ‘Amru, ia berkata “Rosulullah SAW bersabda, ‘Tidak halal menggabungkan antara piutang dan akad jual-beli, dua syarat dalam satu transaksi, keuntungan menjual sesuatu yang belum engkau jamin, serta menjual sesuatu yang bukan milikmu.’ ” {HR Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad}.



Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam kitab Majmu’ Fatawa, “Dalam hadits ini Nabi SAW melarang penggabungan antara piutang dan jual-beli atau akad sewa menyewa, berarti Abda telah menggabungkan antara akad piutang dan akad jual beli atau akad yang serupa dengannya. Dan, hal itu terdapat pada dana talangan haji di mana pemberian pinjaman di isyaratkan dan digabungkan dengan pengurusan berkas haji dengan konsep ijarah.
Islam adalah agama yang mudah dan memberikan kemudahan serta tidak memaksakan kepada umatnya untuk melakukan apa yang mereka tidak mampu. Karena itulah, haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu dan hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup.
Wallahu a’lam bis shawab



Sumber : Republika- Ustaz Bachtiar Nasir

Menengok Bukit Kasih Sayang

Cecep dan Winda. Dua nama khas Indonesia itu tergores pada dinding pada sebuah monumen bersejarah di Kota Makkah. Monumen bersejarah itu berdiri pada sebuah bukit yang terletak di Selatan Padang Arafah atau ten
ggara Tanah Suci, Makkah. Ya nama sepasang insan itu tertulis di monumen Jabal Rahman alias Bukit Kasih Sayang.



Dibukit inilah nabi Adam AS dan Siti Hawa bertemu kembali setelah 200 tahun berpisah, sejak keduanya diturunkan dari surga. Hari itu Bukit Kasih Sayang dikunjungi jamaah haji dan umrah dari berbagai negara seperti Turki, Pakistan, dan India. Begitu memasuki kawasan Jabal Rahman, pandangan saya terkejut pada papan pengumuman yang dipasang oleh Pemerintah Arab Saudi, papan pengumuman itu isinya cukup mengagetkan.



“ Nabi Anda Tercinta, Muhammad SAW , tidak datang kesini, kecuali di Hari Arafah. Beliau tidak naik ke gunung. Beliau bersabda, ‘Arafah semuanya adalah tempat wukuf’. Begitu pula Nabi SAW tidak memerintahkan untuk mengusap sesuatu yang ada digunung atau pohon-pohon, atau mengikatnya.”



“Dan beliau tidak memerintahkan sholat diatas gunung, menulis dibatu, atau membangun sesuatu diatas gunung. Wahai saudaraku jamaah haji ikutilah sunah Nabi SAW yang telah bersabda,’Ikutilah cara ibadah kamu dariku’. Semoga Allah menerima haji kita semua.”



Bahkan, sebelum tangga menuju Jabal Rahman terpampang pengumuman bahwa mengunjungi Jabal Rahman bukanlah hal yang perlu dilakukan . Bahkan , disarankan untuk menghindarinya. Para Penziarah juga dilarang untuk memeluk dan mengusap-usap Jabal Rahman. Tetapi Pengumuman dan seruan dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia itu, tak terlalu diperdulikan jamaah haji yang berziarah ketempat itu.



Jamaah haji asal Turki misalnya , banyak yang berdoa sambil menangis, memeluk, dan mengusap-usap monumen Jabal Rahman. Banyak pula yang menuliskan nama mereka didinding monumen Jabal Rahman. Bukit Jabal Rahman juga sudah mirip pasar dadakan. Diatas bukit kasih sayang itu para pedagang menjajakan berbagai cendera mata bagi para pengunjung. Tawar menawarpun tak terhindarkan. 



Jika berkunjung ke Bukit Kasih Sayang, jamaah haji Indonesia harus mewaspadai ulah tukang foto keliling. Jumlah tukang foto yang menawarkan foto langsung jadi cukup banyak jumlahnya. “ Hati-hati sama tukang foto diatas, mereka suka memeras.” ujar Zaini, sopir yang mengantarkan saya dan rombongan wartawan ke Jabal Rahman. Saya sempat menyaksikan jamaah asal Turki perang mulut dengan tukang foto meminta bayaran semaunya. Tak lama kemudian, puluhan tukang foto itu berhamburan menuruni bukit Kasih Sayang. Sepertinya jamaah Turki tadi mengadu kepada Petugas dan tukang foto itu pun berlarian. 



Mengunjungi Jabal Rahman sekedar untuk berwisata dan mengetahui tempat bersejarah tentu tidak salah. Yang dilarang pemerintah Arab Saudi adalah melakukan perbuatan yang tak dicontohkan Rasulullah SAW di Jabal Rahman. Tentu saja, agar ibadah haji kita tak melenceng dari tujuan semula. Semoga Allah menerima haji kita semua. Aamiin. 



Sumber: Republika - Heri Ruslan

Hendaknya Tak Menyimpan Kiswah / Penutup Ka’bah

Tanya: Ustad, kapan kira-kira penutup Ka’bah diganti dan bolehkah kita meminta potongan bekasnya untuk souvenir?
Wahyu Hidayat, Sumedang
Jawab:
Alhamdulillah, sebelumnya saya sampaikan salam yang terbaik. Salam para malaikat kepada para penghuni surga, Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Pada musim haji , saat para jamaah bergerak menuju Arafah untuk menunaikan wukuf, kota Makkah sangat lengang. Saat itulah proses penggantian kiswah yang baru. Penggantian ini dilakukan dalam rangka menyambut kehadiran para jamaah haji esok harinya saat berbondong-bondong datang dari Masya’ir Muqaddas bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Dalam upacara penggantian Kiswah, para petugas berdiri dengan tangga otomatis disekeliling Ka’bah. Kiswah baru diangkat untuk menutupi sekeliling Ka’bah dan kiswah lama.Setelah itu kiswah lama dibuka satu persatu. Prosesi ini dilakukan oleh para ahli dengan sangat hati-hati untuk menjaga agar tidak ada satu detik pun waktu Ka’bah tidak tertutup kiswah.
Penggantian kiswah dahulu terlaksana disebabkan peristiwa terbakarnya kiswah oleh seorang wanita yang hendak mengharumkannya dengan dupa. Saat itu, Rasulullah SAW segera menutup Ka’bah dengan kiswah dari Yaman. Periode berikutnya, Abu Bakar, Umar, dan Utsman menutup Ka’bah dengan kain kiswah berbahan beludru. Alu, Mu’awiyah, Ibnu Zubair dan Abdul Malik bin Marwan menutupi Ka’bah dengan sutra.
Tradisipun berlanjut. Menutupi Ka’bah dengan dua macam kain setahun, yaitu sutra dan beludru. Pertama, Ka’bah ditutup dengan kain sutra pada hari terawih, lalu dipakaikan sabuk kiswah (yang juga terbuat dari kain sutra) pada hari Asyura, tepatnya usai para jamaah haji pergi agar tidak ditarik-tarik jamaah hingga sobek. Kondisi demikian dibiarkan sampai tanggal 27 Ramadhan, lalu dilapisi oleh kain Beludru untuk menghormati datangnya hari Raya Idhul Fitri.
Kiswah lama diambil oleh petugas agar tidak ada orang yang menyimpannya karena dikhawatirkan menjadi “jimat” atau semacamnya yang mengundang kemusyrikan. Namun, saya pernah mendengar ada yang menawarkan potongan-potongan kiswah lama dijual dengan harga tinggi oleh oknum-oknum tertentu. Tetapi, mungkin saja itu palsu karena rentan penipuan. Sebaliknya, jangan membeli atau berniat untuk membeli sekalipun untuk menghindari hal-hal yang mudharat. Insya Allah, Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan karena yang lebih baik disisi Allah adalah yang mengamalkannya.
Wassalamualaikum wr wb.
Sumber : Republika- Ustad Erick Yusuf, Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)

Mengapa Kita Sholat di Maqam Ibrahim

Tanya: Mohon penjelasan tentang Maqam Ibrahim dan mengapa kita shalat dua rakaat disana? 
Jawab:
Alhamdulillah, sebelumnya saya sampaikan salam terbaik. Salam para malaikat kepada para penghuni surga, Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
“(Ingatlah) ketika kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat aman bagi manusia. Dan, jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim tempat shalat. Dan, telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Islail, ‘Bersihklanlah Rumah-Ku untuk orang-orangyang tawaf, orang-orang iktikaf, orang-orang yang rukuk, dan orang-orang yang sujud’.”(QS Al-Baqarah [2]:125).
Rasulullah SAW mencontohkan dari hadis Jabir bin ‘Abdillah ra, “Lantas Nabi SAW menjadikan Maqam Ibrahim antara dia dan Ka’bah, lalu beliau melaksanakan shalat dua rakaat. Dalam dua rakaat tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (Surah Al-Ikhlas) dan Qul-yaa ayyuhal kaafirun (Surah Al-Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakkan, beliau membaca Qul-yaa ayyuhal kaafirun (Surah Al-Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (Surah Al-Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Abani dalam Hajjatun Nabi SAW).
Maqam Ibrahim adalah sebuah batu tempat Ibrahim saat pembangunan Ka’bah. Ketika dinding sudah semakin tinggi, Ibrahim naik keatasnya sedangkan Ismail mengambil dan menyerahkan batu kepada Ayahny. Lalu, Ibrahim meletakkan batu itu dengan tangan untuk meninggikan Ka’bah. Setelah menyelesaikan satu dinding , dia pun beralih kedinding yang lain. Dia berkeliling disekitar Ka’bah, berpindah dari satu dinding ke dinding yang lain hingga Ka’bah selsesai dibangun.
Jejak telapak kaki Ibrahim jelas terlihat di batu ini, Bahkan, bangsa Arab Jahiliyah sudah mengenalnya.Anas bin Malik meriwayatkan, “Aku lihat maqam bekaa jari jemridan pijakkan kedua telapak kakinya. Tetapi lama kelamaan terhapus oleh tangan –tangan orang yang menyentuhnya.”
Abdullah bin Abbas berkata, “ DiBumi ini tidak ada suatu benda dari surga selain Hajar Aswad dan batu Maqam Ibrahi, keduanya termasuk permata-permata surga. Seandainya tidak pernah disentuh orang musyrik, maka setiap orang cacat yang menyentuhnya pasti akan disembuhkan oleh Allah SWT.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara dan mendengarkan karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
Wassalamualaikum wr. Wb.

Sumber: Republika – Ustadz Erick Yusuf Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)